Jum'at, 21/07/2017 15:15 WIB
Din Syamsudin: Indonesia Jangan Disapih dari Islam
JAKARTA_DAKTACOM: Ada dua frasa untuk menilai problem bangsa Indonesia. Pertama, pemahaman cita-cita bangsa yang utuh. Seyogianya cita-cita ini menjadi kesadaran batin bagi seluruh keluarga besar bangsa, apapun agama, suku, bahasa dan budaya mereka.
Sayangnya, cita-cita ini belum dapat dipahami dan disadari bersama. Sehingga pencapaian tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan bisa tercapai secara sempurna.
Kedua, tentang kebersamaan dan kemajemukan. Cita-cita bangsa Indonesia sudah jelas di Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang terangkum dalam istilah Empat Pilar. Di dalamnya ada Pancasila, ada penegasan tentang konstitusi UUD 1945, juga di pasal tertentu ada NKRI, dan tentang Bhinneka Tunggal Ika.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (Wantim MUI) Pusat, Prof Din Syamsuddin, dalam sambutannya pada acara Halal Bi Halal Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Pol Tito Karnavian dengan ormas Islam yang mengangkat tema “Merajut Kebersamaan untuk Mencapai Cita Bangsa”.
Pada kesempatan itu, Din mengungkapkan, dua frasa di atas berimpitan dan bersesuaian dengan nilai-nilai dan ajaran Islam. Islam sangat menekankan kemajemukan, sebagaimana yang termuat dalam Bhinneka Tunggal Ika dan kandungan Pancasila. Banyak ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal ini. Bahwa kedua pilar ini berimpitan bahkan bersesuaian dengan Islam, bukan justru beririsan.
“Maka umat Islam jangan mau untuk diperhadapkan dengan Pancasila. Dan umat Islam jangan mau untuk dipertentangkan dengan Pancasila,” ujarnya pada acara yang berlangsung semalam di SMESCO Convention Hall, Jakarta Selatan, Kamis (20/07/2017).
Di hadapan Kapolri Tito dan para hadirin, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah itu menerangkan perbedaan mendasar, bahwa Islam sebagai agama berdasarkan wahyu dan Pancasila sebagai ideologi buatan manusia. Tapi sesungguhnya kata dia nilai-nilai keduanya bersesuaian.
“Masih ada pertanyaan tersisa soal relasi negara Pancasila dengan ideologi Islam. (Maka) saya berpendapat negara Pancasila ini sudah yang bersesuaian dengan (nilai-nilai) Islam, tanpa harus menjadi negara Islam. Atau bisa dengan kata mengatakan bahwa bangsa yang berpredikat ‘negara Islami,” ucapnya yang disambut senyum Kapolri Tito.
Terkait masalah Indonesia saat ini, harus ada kejernihan, klarifikasi hubungan/relasi negara Pancasila dengan agama Islam. Pada hematnya, masih kata Din, hubungan keduanya sangat dekat sekali. Maka pada ujungnya nanti, pemantapan kehidupan berislam itu akan memperkuat negara Pancasila.
“Sayangnya, ring relasi ini dimasuki oleh politik dan kemudian diperhadapkan. Dan dalam manifestasinya nanti itu terjadi proses dialectic, bukan dialogis. Dan itu tidak akan menguntungkan siapa-siapa. Tidak akan menguntungkan umat Islam, dan tidak akan menguntungkan negara bangsa kita sendiri,” ungkapnya.
Maka menurutnya tidak mungkin Pancasila dijauhkan dari agama, khususnya Islam. Karena sila pertamanya saja, Ketuhanan Yang Maha Esa, adalah tauhid. Dan sila-sila yang lain sangat mengedepankan nilai-nilai Islam, apalagi yang terakhir, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Pertanyaannya, Islam seperti apa yang dimaksud? Pastilah, ungkapnya, Islam washatiyah. Yaitu Islam yang rahmatan lil alamin, bukan Islam yang ekstrem dan radikalis yang ingin memotong akar tunggang dari sistem kehidupan bernegara. Islam yang ingin diwujudkan, itulah yang akan mendukung negara Pancasila.
Pada Pasal 29 ayat 1 UUD 1945 sangat jelas menerangkan bahwa negara berdasar atas ketuhanan. Artinya, papar Din, tidak mungkin meninggalkan agama dan Islam. Termasuk diperkuat dengan Dekrit Presiden Soekarno pada tahun 1957, bahwa Piagam Jakarta yang sudah disepakati oleh tokoh-tokoh bangsa dalam anggota Tim 9, menjiwai dari UUD 1945.
“Jadi saya mohon kepada semuanya, di dalam membangun kebersamaan kehidupan untuk jangan melupakan prinsip-prinsip ini. Saya khawatir kalau ada dari keluarga besar bangsa, termasuk dari umat Islam, (yang) menyapih negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dari Islam, kita tidak akan bisa mencapai tujuan dan cita-cita bersama,” pesannya.
Editor | : | |
Sumber | : | Hidayatullah.com |
- RESMI DILANTIK, DEWAN PENGAWAS DAN PENGURUS AKSI RELAWAN MANDIRI HIMPUNAN ALUMNI IPB MASA BAKTI 2024-2029
- BAZNAS Berikan Rekomendasi Izin Pembentukan Bagi LAZ Al-Kahfi Peduli
- Jangan Sampai Dideportasi, Ini Cara Bikin Visa Wisata ke Luar Negeri
- Obsatar Sinaga Pimpin ICMI Jabar Seusai Terpilih Dalam Muswil
- Peresmian Kampung Zakat Desa Bersinar Uwemalingku (beriman, bersinergi, dan berkarya)
- Anter Bantuan Hewan Ternak Pakai Perahu Eretan, Bukti Dukungan Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
- Program Tebar Sarung dan Mukena: Menjawab Keperluan Jiwa para Korban Semeru
- Dana Muktamar IV Wahdah Islamiyah Sebagian Dialihkan untuk Korban Bencana
- Himpunan Alumni IPB Salurkan Bantuan Kemanusiaan Terdampak Erupsi Semeru
- Bentuk Apresiasi, IFI Gelar Indonesia Fundraising Award 2021
- Meriah, Sahabat Yatim Indonesia Rayakan Milad Laznas Ke-12 Tahun
- REI DPD Jabar dan Komisariat Bekasi Beri Santunan dan Sebar Wakaf 1000 Mushaf Al Quran
- HA-E IPB Serahkan Donasi untuk Masyarakat Terdampak Bencana di NTT dan NTB
- Human Initiative Miliki 4 Program Bukber
- Terima Donasi Kembali, BAZNAS Akan Salurkan Bagi Warga Terdampak Pandemi
0 Comments