Bekasi / Kota /
Follow daktacom Like Like
Rabu, 24/05/2017 15:39 WIB

RS. Mekarsari Bekasi Gelar Pendidikan Kesehatan Kepada Jurnalis

Para Jurnalis Bekasi Mengikuti Pelatihan BHD
Para Jurnalis Bekasi Mengikuti Pelatihan BHD
BEKASI_DAKTACOM: Rumah Sakit Mekarsari, Bekasi Timur - Kota Bekasi menggelar pendidikan kesehatan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada jurnalis. Hal ini bertujuan agar seseorang tak terkecuali jurnalis memiliki pemahaman tentang kesehatan.
 
“Kita mengingatkan pentingnya pelatihan BHD kepada masyarakat. Sebab 60 persen pasien meninggal dunia dalam perjalanan dan 40 persen di tempat kejadian,” kata Direktur Utama Rumah Sakit Mekarsari, dr Eko Nugroho kepada Dakta pada Rabu (24/05).
 
Ia menjelaskan, BHD memiliki tiga fase yang perlu dipahami masyarakat ketika menghadapi situasi penanganan terhadap pasien yang membutuhkan pertolongaj kesehatan.
 
Fase pertama berupa proteksi diri di mana penolong harus memperhatikan keselamatan diri sendiri dari potensi keselamatan maupun penularan penyakit yang berasal dari darah pasien bila yang bersangkutan terluka parah. "Kita juga harus memperhatikan kemanan pasien, jangan sampai pertolongan yang di lakukan justru menyebabkan kematian pasien itu sendiri,” katanya.
 
Pada fase tersebut, lanjut dr. Eko penolong juga harus mengecek respons pasien dengan cara menepuk kedua bahunya untuk menyampaikan rangsangan sebelum meminta pertolongan medis dan masyarakat sekitar.
 
Pada fase kedua, penolong mulai melakukan cek nadi pasien pada bagian leher sambil mengamati pergerakan nafas melalui rongga dada.
 
“Dalam waktu 5-10 detik, dekatkan telinga pada hidung pasien untuk cek pernafasan. Bila tidak ada tanda, pasien dalam ancaman keselamatan. Rangsang dengaan pijatan jantung sebanyak 30 kali tekanan sampai lima siklus berulang-ulang,” katanya.
 
Fase ketiga, kata dia, adalah pengecekan kembali nadi dan nafas pasien sambil membuat nafas buatan.
 
“Nafas buatan ini titiknya berjarak tiga jari dari ulu hati mengarah ke dada dengan cara menjadikan kedua telapak tangan sebagai tumpuan tubuh si penolong sambil menekan dengan kedalam 10-20 centimeter,” katanya.
 
Bila pasien menunjukan kondisi sadar, maka penolong dapat memposisikan pasien pada tahap pemulihan dengan cara memiringkannya kebagian kanan.
 
Dikatakan Eko, keselamatan pasien sangat ditentukan saat proses pertolongan pertama di lokasi kejadian. “Dengan BHD ini, paling tidak pasien bisa terselamatkan,” katanya.
 
Salah satu pemateri pelatihan, dr. Sigit Sugianto menambahkan, pelatihan kemampuan bagi wartawan terhadap BHD merupakan rangkaian sosialisasi program Indonesia Sadar BHD yang digelar RS Mekarsari Kota Bekasi mulai 2017.
 
“Selama ini, kemampuan pertolongan pertama pasien di lokasi kejadian sangat sedikit sekali masyarakat yang tahu ilmunya. Di sisi lain kalau di bandingkan respons tim medis mendatangi lokasi kejadian dengan layanan pesan antar restoran cepat saji masih lebih cepat restoran. Tidak salah kalau ada yang mengungkapkan nyawa manusia di Indonesia tidak lebih mahal dari harga ayam goreng di restoran cepat saji,” katanya.
Reporter :
Editor :
- Dilihat 1572 Kali
Berita Terkait

0 Comments