Ahad, 21/05/2017 14:00 WIB
19 Tahun Reformasi, Dahnnil: Umat Islam Paling Paham Toleransi
JAKARTA_DAKTACOM: Tepat 19 tahun yang lalu reformasi digulirkan menyusul kondisi ekonomi dan politik semakin tidak karuan kala itu. Pemuda Muhammadiyah sebagai angkatan muda Muhammadiyah menggelar Refleksi 19 Tahun Reformasi dengan tema Menggembirakan Demokrasi, Tribute to Amien Rais, Sabtu malam (20/5).
Acara yang digelar di halaman Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah, Jalan Menteng Raya 62 Jakarta itu menghadirkan sejumlah tokoh, seperti Farid Wajdi Komisioner KY, Zulkifli Hasan Ketua MPR RI.
Dahnil Anzar, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, mengatakan sebelum reformasi, kritik terhadap pemerintah adalah perbuatan yang gila, perbuatan yang tidak mungkin.
“Namun ketika reformasi datang mengkritik pemerintah adalah yang biasa dan bisa, kita menikmati kebebasan berpendapat, kebebasan bersarikat, reformasi membawa kegembiraan dalam demokrasi,” ucap Dahnil.
Jika reformasi dikatakan membuat lahirnya kelompok-kelompok atau pemerintahan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat, itu hanya bagian dari eksteranalitis negatif dari reformasi. Namun tidak mungkin pula karena kondisi hari ini, yang disalahkan adalah reformasi atau bahkan Amien Rais, maka Dahnil bersama Pemuda Muhammadiyah merasa terganggu dengan hal itu.
“Jadi ketika kita menggembirakan dan menikmati suasana reformasi itu, kita, publik bahkan media tidak pernah menyebut ini salah satu karya, salah satu kerja keras banyak pihak dan salah satunya adalah orang tua kami, Prof. Dr. Amien Rais, itulah kenapa kami buat Menggembirakan Demokrasi Tribute to Amien Rais,” ujar Dahnil.
Maka bagi Pemuda Muhammadiyah, lanjut Dahnil, ini adalah catatan sejarah, era 1998 terdapat peran Muhammadiyah di dalamnya melalui Amien Rais sehingga Pemuda Muhammadiyah ingin mengingatkan kepada publik bahwa sejarah harus dicatat dengan adil.
“Saya ingat sekali ketika saya kuliah, adik-adik saya di IPM itu ketika sekolah ada sejarah reformasi, disitu disebutkan ada bapak reformasi, Amien Rais, sekarang di buku-buku sejarah kita itu tidak ada lagi, sejarah dicatat oleh penguasa,” ungkapnya.
Terakhir Dahnil juga mengingatkan bahwa reformasi bukan sekedar untuk menjatuhkan rezim penguasa kala itu, tetapi karena ada satu perlawanan terhadap demokrasi yang suram dan menakutkan seperti permasalahan toleransi. Maka Dahnil menegaskan bahwa umat islam Indonesia tidak perlu diajarkan tentang toleransi, karena hal itu telah menjadi genetika orang Indonesia.
Editor | : | |
Sumber | : | muhammadiyah.or.id |
- RESMI DILANTIK, DEWAN PENGAWAS DAN PENGURUS AKSI RELAWAN MANDIRI HIMPUNAN ALUMNI IPB MASA BAKTI 2024-2029
- BAZNAS Berikan Rekomendasi Izin Pembentukan Bagi LAZ Al-Kahfi Peduli
- Jangan Sampai Dideportasi, Ini Cara Bikin Visa Wisata ke Luar Negeri
- Obsatar Sinaga Pimpin ICMI Jabar Seusai Terpilih Dalam Muswil
- Peresmian Kampung Zakat Desa Bersinar Uwemalingku (beriman, bersinergi, dan berkarya)
- Anter Bantuan Hewan Ternak Pakai Perahu Eretan, Bukti Dukungan Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
- Program Tebar Sarung dan Mukena: Menjawab Keperluan Jiwa para Korban Semeru
- Dana Muktamar IV Wahdah Islamiyah Sebagian Dialihkan untuk Korban Bencana
- Himpunan Alumni IPB Salurkan Bantuan Kemanusiaan Terdampak Erupsi Semeru
- Bentuk Apresiasi, IFI Gelar Indonesia Fundraising Award 2021
- Meriah, Sahabat Yatim Indonesia Rayakan Milad Laznas Ke-12 Tahun
- REI DPD Jabar dan Komisariat Bekasi Beri Santunan dan Sebar Wakaf 1000 Mushaf Al Quran
- HA-E IPB Serahkan Donasi untuk Masyarakat Terdampak Bencana di NTT dan NTB
- Human Initiative Miliki 4 Program Bukber
- Terima Donasi Kembali, BAZNAS Akan Salurkan Bagi Warga Terdampak Pandemi
0 Comments