Wawancara /
Follow daktacom Like Like
Jum'at, 24/04/2015 11:10 WIB

Palestina Tak Butuh Janji Tapi Bukti

Direktur Eksekutif Insists, Adnin Armas
Direktur Eksekutif Insists, Adnin Armas
Salah satu agenda utama yang dibahas dalam Konferensi Asia Afrika adalah mengenai kemerdekaan Indonesia. Dalam Pembukaan Konferensi Asia Afrika, presiden Joko Widodo mendeklarasikan bahwa Palestina harus meraih kemerdekaannya. Namun ungkapan itu apakah bisa terlaksana, atau hanya ucapan isapan jempol semata, untuk menyuarakan dan mendukung Palestina? Berikut ini wawancara Adin Muharam dari Dakta dalam acara perspektif pemikiran Islam bersama direktur pelaksana Insists, Adnin Armas, yang memperbincangkan ucapan-ucapan para petinggi negara mengenai kemerdekaan Palestina, Kamis (23/04/15).
 
Adin Muharam: Saat ini tengah berlangsung Konferensi Asia Afrika, yang salah satu agendanya adalah membahas kemerdekaan Palestina, dan hampir seluruh anggota KAA kali ini telah menyatakan dukungannya. Salah satunya juga dari Indonesia dimana presiden Jokowi, melalaui pidatonya menggaungkan semangat pidatonya agar Palestina bisa merdeka.Apakah nantinya hasil KAA ini bisa benar-benar mewujudkan kemerdekaan bagi Palestina?
 
Adnin Armas: Pernyataan dukungan itu sudah dilakukan oleh OKI, negara-negara Islam, atau negara-negara lain, bahkan itu selama puluhan tahun, tapi itu hanya retorika saja.
 
Ketika terjadi dilapangan, sampai sekarang puluhan tahun ungkapan seperti itu, sampai sekarang belum menjadi kenyataan. Memang biasa dari kalangan politikus, apalagi bagi presiden untuk mengemasnya dengan kata-kata yang baik, tapi yang dibutuhkan khususnya oleh bangsa Palestina, itu adalah bukti kenyataan di lapangan. 
 
Puluhan tahun dukungan itu disuarakan, tapi tetap saja, hampir setiap hari warga Palestina itu mati karena zionis, itulah bukti di lapangan yang kurang dari ucapan dan kata-kata.
 
Jadi kita tak usah terjebak dengan ungkapan-ungkapan manis. Sekarang yang lebih penting itu adalah bukti, bukan kata-kata atau ucapan.
 
Adin Muharam: Buktinya harus yang seperti apa pak?
 
Adnin Armas: Seharusnya itu ada tekanan yang keras, yang tadi negara-negara yang setuju atau negara-negera di Eropa dan lainnya, harus ada desakan yang keras dan kuat, konsisten, baik itu dari PBB dengan menggunakan segala macam bidang, kekuatan ekonomi dan politik itu harus dilakukan.
 
Misalnya produk dari bangsa Israel, katakan saja tadi Indonesia memberikan pidato yang sangat bagus. Mau tidak produk-produk Israel dalam beberapa aspek saja terlebih dahulu, itu kemudian diboikot, mau tidak penghargaan diberikan kepada LSM-LSM yang sekarang ini banyak membantu bangsa Palestina, atau memberi dukungan yang lebih nyata kepada bangsa Palestina, misalkan itu dilakukan oleh pemerintah.
 
Jadi kekuatan-kekuatan ekonomi, politik, pendidikan yang lain sebagainya, itu yang perlu dilakukan oleh negara-negara yang ada, baik itu untuk menekan Israel bukan saja membantu Palestina, tapi menekan Israel, artinya memberi tekanan harus ada tekanan dan hukuman. 
 
Jika bangsa Israel mau seperti itu terus sejak tahun 48, misalnya negara mengambil sikap produk Israel yang dalam batas-batas tertentu itu diboikot misalnya. Itulah yang tak kita lihat oleh negara-negara Islam.
 
Jadi ucapan dan kata-kata itu memang manis, tapi sebenarnya yang terjadi itu tidak seperti kata-kata yang manis itu.
 
Adin Muharam: Tidak bisa dipungkiri anggota di KAA juga tengah berada dalam konflik dimasing-masing negaranya.
 
Apakah ini juga  karena dipengaruhi adanya konflik dimasing-masing negara peserta di Konferensi Asia Afrika pak? 
 
Adnin Armas: Itu bagian dari masalah, jadi bukan hanya itu masalahnya. Makanya tadi ketika kata-kata manis itu tadi ingin diwujudkan, mulai muncul kepentingan karena ada konflik internal, ini kemudian ada tekanan-tekanan dari misalnya sekutunya Israel, tentu sekutu-sekutu Israel tidak akan diam termasuk bangsa Israel, ketika tekanan-tekanan itu datang, kuat tidak? Ucapan-ucapan manis itu untuk tetap manis. Jangan-jangan begitu ada tekanan sedikit saja sudah langsung lupa lagi.
 
Kita sudah cukup mendengar ucapan manis ini selama puluhan tahun, tapi sesungguhnya yang dibutuhkan itu adalah sebenarnya bukan kata-kata manis, karena sudah berulang kali kata-kata itu diungkapkan. Tapi sebenarnya kerja-kerja dan bukti-bukti yang konkret, terutama bangsa Palestina sangat membutuhkan itu.
 
Adin Muharam: Apakah murni ini benar-benar tanggung jawab negara-negara yang muslim, atau seluruh dunia juga harus mendukung?
 
Adnin Armas: Tentu tidak, sebenarnya bukan hanya umat islam jadi jangan dituduh ini karena Islam, karena ini adalah pembantaian, ini persoalan kemanusiaan, pembunuhan orang-orang yang tidak berdosa, tindakan semena-mena, menangkap, membunuh orang dan lain sebagainya. Itu hukum rimba yang ada di sana di abad ke 21.
 
Sekarang ini berbicara tentang HAM, tentang kemanusiaan dan lain sebagainya. Ketika itu terjadi, setiap hari itu terjadi, apa tindakan yang nyata. Bukan hanya sekedar untuk mengeluarkan pernyataan, pengecaman ketidak setujuan dan lain sebagainya, tentu ungkapan seperti itu sudah bertumpuk-tumpuk.
 
Tapi kemudian jika itu tidak dipatuhi oleh bangsa Israel, harusnya ada hukuman dan tekanan. Sebenarnya bukan hanya kepada bangsa Israel tapi juga kasus bangsa Palestina karena bangsa Israel berani atau tidak.
 
Seperti Indonesia dalam kasus timor-timor dan bahkan timor-timur bisa lepas, jadi harusnya Israel atau yang lainnya itu belajar dengan pak Habibie, ya meskipun ada tekanan dari luar tapi berhasil juga memberikan tekanan.
 
Ungkapan kata-kata seperti ini tanpa ada tekanan ya kata-kata itu tidak bermakna.
 
Adin Muharam: Kenapa banyak negara-negara yang sudah mengaku mendukung, tapi hanya manis dibibir saja dan tidak berani melakukan tekanan-tekanan seperti yang bapak sampaikan. Ada informasinya tidak dari teman-teman di Insists?
 
Adnin Armas: Karena tidak kuat, Indonesia ini kan rapuh, sebenarnya kita bagus, mau mengurusi Palestina dengan presiden berpidato dengan sangat baik, tapi masalah di dalam ini juga besar, punya kekuatan baik dari segi ekonomi, politik dan lain sebagainya. Ini digoncang saja sudah tidak kuat. Jadi berpikir yang terlalu jauh, di dalam negeri saja urusan terlalu banyak.
 
Jadi dengan kondisi yang seperti itu, mimpi untuk memberi tekanan, itu terlalu tinggi, karena kita tidak kuat.
 
Adin Muharam: Sebenarnya musuhnya ini apa hanya Israel saja? Kalau cuma Israel kenapa tidak berani melawannya, dibandingkan dengan puluhan negara yang sudah menyatakan dukungan, tapi dengan menyerang Israel saja pada tidak ada yang berani. 
 
Adnin Armas: Kuantitas, tidak menjamin kualitas. Biarpun negara muslim banyak, biarpun negara Arab itu banyak di sekeliling Israel dan wilayah Israel itu kecil, sama saja ini Asean tapi Singapura kecil, tetapi kecil-kecil cabe rawit.
 
Kuantitas itu sama sekali tidak menunjukkan kepada kualitas. Kita memang banyak, tapi tidak berkualitas. Dia memang satu negara, tetapi kekuatan ekonomi dalam genggamanannya, begitu juga dalam pertahanan militer dan lain sebagainya.
 
Jadi saat kita mau melawan, tapi yang dilawan itu kuat, tentu itu bisa banyak yang mundur, ketika ingin melakukan hal-hal tersebut.
 
Ini harusnya introspeksi, untuk bagaimana meningkatkan kualitas, belum lagi masalah friksi-friksi yang terjadi dalam satu negara dan antar negara umat Islam sendiri. 
 
Adin Muharam: Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa, masih jauh dari harapan kalau Palestina bisa merdeka dengan adanya Konferensi Asia Afrika ini ya pak?
 
Adnin Armas: Iya benar, bukan berarti pesimis, tapi jangan terlalu berharap. Nanti kecewa.
 
Adin Muharam: Apa harapan bapak dengan adanya Konferensi Asia Afrika ini, khusunya untuk umat muslim di Indonesia atau secara global, di dunia dan Palestina juga.
 
Adnin Armas: Kalau untuk para politikus untuk saat ini kondisinya kita jangan terlalu berharap, karena itu memang ungkapan-ungkapan makruh yang manis, yang enak untuk kita dengar. Tapi jangan terpesona dengan kata-kata manis tersebut. Banyak kepentingan di dalam kata-kata manis tersebut, umat Islam tetap saja akan dalam agendanya, tentukan agenda kemudian kerja keras, tingkatkan kualitas, itu jauh lebih efektif daripada tebar pesona dengan kata-kata manis yang sebenarnya itu adalah kosong.       
Editor :
Sumber : Redaksi Dakta
- Dilihat 2318 Kali
Berita Terkait

0 Comments