Nasional / Sosial /
Follow daktacom Like Like
Rabu, 23/11/2016 15:00 WIB

Adian: Gairah Umat di Aksi Bela Islam III Sulit Dibendung

Dr Adian Husaini 1
Dr Adian Husaini 1
BEKASI_DAKTACOM: Gairah umat Islam untuk mengikuti Aksi Bela Islam (ABI) III, 2 Desember 2016, susah dibendung. Tindakan polisi yang mencoba menekan umat Islam untuk tidak mengikuti ABI III, akan berdampak buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara ke depan, karena menanamkan rasa perpecahan. Padahal, yang diperlukan saat ini adalah persatuan dan kesatuan berbagai elemen bangsa dalam menghadapi tantangan global. 
 
“Sebab, ABI III itu didasari dengan logika sangat sederhana, yakni mengapa para pelaku penistaan agama Islam seperti Lia Eden, Mosadeq, Arswendo, Permadi, dan lain-lain, langsung ditahan, sedangkan Ahok tidak ditahan. Ada apa?” demikian ulasan pengamat media Dr. Adian Husaini, dalam acara Rutin ULASAN MEDIA Radio Dakta 107 FM, Selasa (22/11). 
 
Adian menyampaikan ulasan di Radio Dakta melalui sambungan telepon,  saat berada di Pesantren Budi Mulia Yogyakarta, dalam rangkaian program Rihlah Ilmiah para santri Pesantren at-Taqwa Depok ke beberapa tempat bersejarah di Surabaya, Solo, dan Yogyakarta.
 
“Saya mendengar dan melihat langsung, berbagai kelompok umat yang sangat bersemangat berangkat ke Jakarta. Ada yang sudah sewa bus, bahkan ada yang sudah berangkat ke Jakarta, sekalian menyelesaikan urusan bisnis atau urusan lainnya. Saya dengar juga ada dosen yang menyesal tidak ikut ABI II, dan bertekad akan hadir dalam ABI III,” kata Adian, yang pernah aktif sebagai wartawan di Istana Negara mewakili Harian Republika.   
 
Pada intinya, menurut Adian,  umat Islam menuntut keadilan. Logikanya masuk, karena mudah dicerna.  Mengapa kalau ada pejabat non-muslim, keturunan Tionghoa, seperti Ahok ini, mendapat keistimewaan. Berbeda dengan kasus pejabat KPK muslim seperti Bambang Widjojanto yang langsung ditangkap. Penangkapan itu tidak pakai perdebatan atau gelar perkara. 
 
“Ketidakadilan perlakuan itulah yang kini dipahami dan dirasakan oleh masyarakat muslim Indonesia,” kata Adian. 
 
Di era media sosial seperti sekarang, menurut Adian, pola penyebaran informasi berlangsung sangat cepat dan sulit dikontrol. Apa pun penjelasan dari pihak kepolisian dan berbagai media massa tentang ABI III, akan kalah cepat dan efektif dibandingkan dengan pesan-pesan para tokoh umat Islam melalui media sosial di lingkungan umat Islam. 
 
“Sifat media sosial memang cepat, massif,  dan susah dikontrol pemerintah. Itu terjadi dimana-mana, di seluruh dunia,” ujar Adian, yang juga penulis buku berjudul “Penyesatan Opini” (Jakarta: GIP, 2002).
 
Karena itulah, Adian menyarankan, dalam situasi seperti sekarang, sebaiknya Kapolri, Panglima TNI, dan kalau perlu Presiden, Wakil Presiden, langsung bertemu dengan pemimpin umat yang riil seperti Habib Riziq, Bahtiar Nasir, Ma’ruf Amin, dan sebagainya.
 
“Para pemimpin umat dan pemimpin negara itu kan saudara sesama muslim, saudara sebangsa, harusnya malu ribut ditonton seluruh dunia. Kita bisa belajar dari para pemimpin kita terdahulu, bagaimana bersaudara dalam perbedaan.  Jangan negara terus gaduh karena 1 orang. Sumber masalah ini kan Ahok. Pertanyaan di masyarakat itu sederhana: mengapa susah amat menahan Ahok?”  papar Adian, yang saat ini memimpin Program Doktor Pendidikan Islam UIKA Bogor.
 
Acara ULASAN MEDIA mengudara di Radio Dakta Bekasi107 FM, Senin-Jumat pukul 0630-07.00, bisa juga diikuti melalui livestreaming www.dakta.com.
Editor :
Sumber : Radio Dakta
- Dilihat 5014 Kali
Berita Terkait

0 Comments