Nasional / Ekonomi /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 21/04/2015 11:12 WIB

Percepatan Pembangunan Pariwisata di Era Jokowi-JK

Hendri Saparini Direktur Eksekutif CORE indonesia
Hendri Saparini Direktur Eksekutif CORE indonesia

JAKARTA_DAKTACOM:CORE Indonesia berpendapat bahwa kebijakan ini merupakan satu langkah penting, tidak hanya untuk meredam pelemahan nilai tukar Rupiah,tetapi juga mendorong  pertumbuhan sektor pariwisata yang selama ini masih cenderung tumbuh linier dan tertinggal dari  banyak  negara  lain termasuk negara -negara tetangga di ASEAN.

Hal itu disampaikan Hendri Saparni,Direktur Eksekitif CORE Indonesia, dalam release, yang dikirimkan ke dakta.com, Selasa (21/4/15).

Diungkapkan,  Pada bulan Maret lalu Pemerintah mengeluarkan paket-paket kebijakan untuk  mengatasi permasalahan defisit neraca transaksi berjalan yang menjadi salah satu pemicu utama melemahnya nilai tukar Rupiah akhir-akhir ini.

"Di antara paket kebijakan tersebut adalah kebijakan bebas visa bagi 30 negara untuk kunjungan singkat
/wisata ke Indonesia" kata pengamat ekonomi ini.

Dijelaskan, Kebijakan ini diharapkan akan dapat menarik lebih banyak jumlah wisatawan dari negara-negara tersebut untuk berkunjung ke Indonesia, sehingga dapat mendongkrak penerimaan devisa negara.

"CORE Indonesia berpendapat bahwa kebijakan ini merupakan satu langkah penting,tidak hanya untuk meredam pelemahan nilai tukar Rupiah,tetapi juga mendorong  pertumbuhan sektor pariwisata yang selama ini masih cenderung tumbuh linier dan tertinggal dari  banyak  negara  lain termasuk negara -negara tetangga di ASEAN" tandasnya.

Pariwisata menurutnya, memang telah ditetapkan sebagai sektor prioritas pendorong ekonomi oleh Pemerintahan Jokowi-JK.
Di dalam RPJMN 2015-2019 pun pemerintah telah menetapkan target kunjungan wisatawan mancanegara hingga 20 juta pada tahun 2019.

Namun sayangnya, hingga saat ini belum ada suatu peta jalan (roadmap) yang jelas terkait strategi pengem
bangan sektor pariwisata dalam lima tahun ke depan untuk mencapai target tersebut. Oleh karenanya,CORE perlu memberikan beberapa catatan yang sangat penting untuk dapat meningkatkan kinerja sektor pariwisata dalam lima tahun ke depan.

Pertama, percepatan pertumbuhan sektor pariwisata akan dapat mengatasi defisit neraca jasa yang menjadi salah pemicu  defisit neraca transaksi berjalan Indonesia selama ini. Namun, untuk dapat meredam defisit pada neraca jasa, pertumbuhan sektor pariwisata harus didorong lebih cepat, tidak sekedar mengikuti trend pertumbuhan linier seperti yang terjadi selama ini.

Potensi besar sektor pariwisata dalam mengatasi defisit neraca jasa telah dibuktikan oleh Thailand, yang pada 2013 lalu  berhasil mencapai surplus neraca jasa akibat percepatan pertumbuhan jasa perjalanan sejak tahun 2012.Padahal sebelumnya Thailand, sebagaimana  juga Indonesia, selalu mengalami defisit neraca jasa yang dipicu oleh besarnya defisit pada jasa transportasi.

Hingga saat ini jasa transportasi Thailand sebenarnya masih terus mengalami defisit yang sangat besar,bahkan lebih  besar daripada defisit yang dialami Indonesia, akibat tingginya ketergantungan terhadap jasa pengangkutan asing untuk  menunjang aktivitas ekspor-impor mereka.

Akan tetapi, kelemahan ini mereka tutupi oleh keunggulan pada sektor pariwisata, yang dalam beberapa tahun terakhir semakin dipercepat pertumbuhannya sehingga menghasilkan surplus jasa perjalanan yang  dapat melebihi defisit pada jasa transportasi, pungkas Hendri Saparini

Editor :
Sumber : Ulil Albab
- Dilihat 2077 Kali
Berita Terkait

0 Comments