Selasa, 01/03/2016 13:19 WIB
Blok Masela Harus Dipergunakan untuk Kemakmuran Rakyat
JAKARTA_DAKTACOM: Pemerintah hingga detik ini belum memutuskan arah pengembangan Lapangan Gas Masela, Maluku. Dua opsi muncul lewat pengolahan gas alam cair akan dibangun diatas kapal terapung di laut dengan Floating Liquid Natural Gas - FLNG (Offshore) atau dibangun di daratan di pulau yang terdekat dengan LNG Plant (Onshore).
Ketua Bidang Ekuinteklh DPP PKS, Memed Sosiawan mengingatkan Pemerintah harus berani membuat keputusan yang memastikan gas di Blok Masela dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Konstitusi kita menyatakan, Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
"Dengan demikian segala sumber daya alam, termasuk Blok Masela yang mengandung gas harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat," papar Memed di Kantor DPP PKS, Jakarta, Selasa (1/3).
Memed menyebut masyarakat Maluku sendiri tentunya menginginkan agar pengolahan gas alam cairnya dilakukan di daratan (Onshore). Sebabnya agar dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh industri hilir gas seperti industri pupuk dan petrokimia.
"Sehingga terjadi trickle down effect yang dapat menumbuhkan perekonomian domestik Maluku," ungkap dia.
Ia juga menjabarkan jika sejatinya pengolahan LNG Plant di daratan (Onshore) lebih ekonomis dibandingkan Floating Liquid Natural Gas - FLNG (Offshore).
Dalam catatannya, pembangunan blok Masela dengan menggunakan FLNG (Offshore) tanpa ada fasilitas di darat akan memerlukan investasi sebesar $ 17,83 miliar.
Sedangkan pembangunan LNG Plant di daratan (Onshore) dapat diperkirakan memerlukan investasi sebesar $ 12 miliar.
Angka ini berbeda dengan proposal perkiraan biaya dari Inpex dan Shell, yang menyatakan bahwa, pembangunan kilang offshore hanya US$ 14,8 miliar. Sedangkan pembangunan kilang di darat onshore, mencapai US$ 19,3 miliar.
Perkiraan tersebut juga berbeda kajian Kemenko Maritim dan Sumber Daya, bahwa biaya pembagunan kilang darat (Onshore) sekitar US$16 miliar. Sedangkan jika dibangun kilang apung di laut (Offshore), biayanya mencapai US$22 miliar.
"Dengan demikian, memang ada kesimpulan yang sama, bahwa kilang di darat (Onshore) lebih murah sekitar dibandingkan dengan kilang di laut (Offshore)," ungkap dia.
Editor | : | |
Sumber | : | Rilis DPP PKS |
- Pangan Sehat dan Terjangkau, Memang Bisa?
- Serangan Iran ke Israel Bisa Akibatkan Inflasi di Indonesia
- Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri
- Lebih Hemat, Water Kingdom Mekarsari Tawarkan Tiket Presale bagi Pengunjung
- 15 Tahun Berkiprah di Bidang Jasa Konstruksi, ASLI IPO di Awal 2024
- Gas Terus, Penerimaan PAD Kota Bekasi Tembus 87 Persen
- Hapimart Buka Cabang Baru di Grand Mal Bekasi
- Lippo Cikarang Cosmopolis Tawarkan Diskon Besar, Rumah Tapak Hanya Rp289 Juta
- Pentingnya Strategi Pelonggaran Ekspor Nikel Mentah Secara Bertahap
- Pentingnya Wujudkan Sistem Pertanian Pangan Berkelanjutan di Indonesia
- Summarecon Expo 2023 Hadirkan Produk Properti Unggulan
- Viola Residence Jadi Senjata Andalan Summarecon Crown Gading
- Launching Crystal Boulevard Signature Commercial Summarecon Bekasi Berjalan Sukses
- Crystal Boulevard Signature Commercial, Kawasan Terdepan di Summarecon Bekasi
- Komitmen Gelar Program SIAP SEHAT, KB Bukopin Bekasi Peduli Kesehatan Nasabah Pensiunan
0 Comments