Dr. Khalif Muammar : “Toleran Tidak Cukup, Kebenaran Juga Harus Diterima”
JAKARTA_DAKTACOM: Wacana pluralisme agama masih terus menjadi problem tersendiri bagi umat beragama di Indonesia, khususnya umat Islam.
Klaim-klaim tentang kesamaan transendensi agama-agama terus berupaya menisbikan batas tegas antaragama sehingga terjadi kerancuan dan pendangkalan aqidah.
Kaum pluralis masih saja meyakini bahwa semua agama sama benarnya dan kesemuanya sama-sama jalan yang sah menuju Tuhan.
Dalam INSISTS Special Forum yang digelar oleh INSISTS, Sabtu, (12/12), Dr. Khalif Muammar A. Harris, Profesor Madya di Centre for Advanced Studies on Islam, Science and Civilisation (CASIS) Universiti Teknologi Malaysia Kuala Lumpur, menyatakan bahwa sejatinya Pluralisme Agama tidak menjanjikan keharmonisan dan kedamaian,
"Dan sebagai teori dan falsafah yang pengamalannya belum lama dan teruji, ia tidak pernah terbukti berhasil mewujudkan keharmonisan dan kedamaian, di negara-negara Barat sekalipun yang giat mencanangkannya," ujar Khalif.
Di hadapan puluhan peserta diskusi bertajuk “Menjawab Gagasan Pluralisme Agama”, penulis Islam dan Pluralisme Agama inipun mengkritisi toleransi semu yang dibangun di atas pondasi pluralisme agama.
Karena hal tersebut tidak meniadakan eksklusifitas agama-agama lain. Sebagai buktinya, tetap terjadi upaya-upaya massif pemurtadan terhadap umat Islam.
Oleh karena itu, toleransi tidak cukup untuk menghadirkan keharmonisan dan kedamaian.Toleransi tidak harus bermakna berkompromi dalam perkara yang prinsip sehingga membenarkan sesuatu yang salah.
"Biarlah setiap orang meyakini kebenaran agamanya masing-masing, tanpa perlu dipaksa untuk mengakui kebenaran agama orang lain," paparnya.
Dalam upayanya menghancurkan agama, para orientalis melalui tiga tahapan yaitu: akarnya adalah sekularisme, batangnya adalah liberalisme, dan cabangnya adalah pluralisme, nativisme, humanisme, dan lain-lain.
Tujuan dari kesemuanya itu adalah menghapuskan agama dari kehidupan. Kaum orientalis memandang agama hanya sebatas ilmu dan pusatnya adalah kebenaran, sains, teknologi, dan humanisme.
"Namun bagi Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran yang merujuk kepada al-Qur`an. Dalam Islam, kebenaran tertinggi adalah kebenaran menurut Allah," pungkas Khalif.
Editor | : | |
Sumber | : | Humas INSISTS |
- RESMI DILANTIK, DEWAN PENGAWAS DAN PENGURUS AKSI RELAWAN MANDIRI HIMPUNAN ALUMNI IPB MASA BAKTI 2024-2029
- BAZNAS Berikan Rekomendasi Izin Pembentukan Bagi LAZ Al-Kahfi Peduli
- Jangan Sampai Dideportasi, Ini Cara Bikin Visa Wisata ke Luar Negeri
- Obsatar Sinaga Pimpin ICMI Jabar Seusai Terpilih Dalam Muswil
- Peresmian Kampung Zakat Desa Bersinar Uwemalingku (beriman, bersinergi, dan berkarya)
- Anter Bantuan Hewan Ternak Pakai Perahu Eretan, Bukti Dukungan Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
- Program Tebar Sarung dan Mukena: Menjawab Keperluan Jiwa para Korban Semeru
- Dana Muktamar IV Wahdah Islamiyah Sebagian Dialihkan untuk Korban Bencana
- Himpunan Alumni IPB Salurkan Bantuan Kemanusiaan Terdampak Erupsi Semeru
- Bentuk Apresiasi, IFI Gelar Indonesia Fundraising Award 2021
- Meriah, Sahabat Yatim Indonesia Rayakan Milad Laznas Ke-12 Tahun
- REI DPD Jabar dan Komisariat Bekasi Beri Santunan dan Sebar Wakaf 1000 Mushaf Al Quran
- HA-E IPB Serahkan Donasi untuk Masyarakat Terdampak Bencana di NTT dan NTB
- Human Initiative Miliki 4 Program Bukber
- Terima Donasi Kembali, BAZNAS Akan Salurkan Bagi Warga Terdampak Pandemi
0 Comments