Munas Hidayatullah Soroti Syiah, GIDI, dan Krisis Kepemimpinan indonesia
BALIKPAPAN_DAKTACOM: Dalam sidang pleno, Selasa (10/11) pagi, Komisi Rekomendasi Musyawarah Nasional (Munas) IV Hidayatullah, mengeluarkan sejumlah rekomendasi yang dibacakan oleh ketua komisi, Nursyamsa Hadis, di Masjid ar-Riyadh, Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur.
Di antara rekomendasinya menyoal perpecahan dan disintegrasi di Indonesia. Dikatakan, perbedaan pandangan di antara pimpinan lembaga negara, partai, dan suku telah terpublikasikan secara tidak terkendali, sehingga menjadi benih perpecahan di tengah masyarakat.
Rekomendasi itu menyoroti ketidaktegasan pemerintah terhadap kelompok-kelompok tertentu yang mengarah kepada separatisme yang mengancam disintegrasi bangsa.
Kelompok dimaksud di antaranya adalah GIDI, Organisasi Papua Merdeka, serta sejumlah aliran sesat seperti Syiah, Ahmadiyah, dan lainnya.
Dikatakan, kelompok-kelompok itu menyebabkan negara menjadi tidak berwibawa di mata rakyat, bahkan menjadi ancaman bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Karenanya Hidayatullah merekomendasikan kepada pemerintah, penegak hukum, ulama, dan tokoh masyarakat mendeteksi sedini mungkin potensi aliran sesat, kemudian memberikan peringatan dan meluruskannya. Bahkan menyeret ke pengadilan agar tidak membesar dan mengganggu umat," ujar Nursyamsa.
Pada poin pertama rekomendasi itu, disoroti pula krisis pemahaman dan ajaran di Indonesia. Ajaran seperti komunisme, liberalisme, materialisme, dan lain sebagainya sudah menyusup ke masyarakat, mulai para elit hingga akar rumput.
"Karenanya, bangsa Indonesia terancam mengalami loss generation, bermental hedonis, meremehkan norma agama dan hukum dalam kehidupan sehari-hari," bunyi rekomendasi tersebut.
Pada poin selanjutnya, Hidayatullah pun menyoroti krisis kepemimpinan. Olehnya, ormas itu mengajak para pemimpin masyarakat, pejabat negara, pemimpin parpol, dan penegak hukum untuk mentaati ajaran agama, moral, etika, dan hukum. Mereka juga diajak untuk tidak menggunakan cara-cara ekstrem, bermuka dua, dan menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya.
Pada poin keempat, Hidayatullah berpandangan pentingnya berbagai elemen umat, bangsa, dan negara membangun moralitas bangsa, berdasarkan ruh dan nilai agama yang agung dan suci.
"Seluruh lembaga pendidikan dan elemen bangsa harus bersama-sama melawan neo kolonialisme dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, pendidikan dan sosial, serta budaya yang disebar melalui berbagai media," demikian cuplikan rekomendasi itu.
Editor | : | |
Sumber | : | Rilis Hidayatullah |
- RESMI DILANTIK, DEWAN PENGAWAS DAN PENGURUS AKSI RELAWAN MANDIRI HIMPUNAN ALUMNI IPB MASA BAKTI 2024-2029
- BAZNAS Berikan Rekomendasi Izin Pembentukan Bagi LAZ Al-Kahfi Peduli
- Jangan Sampai Dideportasi, Ini Cara Bikin Visa Wisata ke Luar Negeri
- Obsatar Sinaga Pimpin ICMI Jabar Seusai Terpilih Dalam Muswil
- Peresmian Kampung Zakat Desa Bersinar Uwemalingku (beriman, bersinergi, dan berkarya)
- Anter Bantuan Hewan Ternak Pakai Perahu Eretan, Bukti Dukungan Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
- Program Tebar Sarung dan Mukena: Menjawab Keperluan Jiwa para Korban Semeru
- Dana Muktamar IV Wahdah Islamiyah Sebagian Dialihkan untuk Korban Bencana
- Himpunan Alumni IPB Salurkan Bantuan Kemanusiaan Terdampak Erupsi Semeru
- Bentuk Apresiasi, IFI Gelar Indonesia Fundraising Award 2021
- Meriah, Sahabat Yatim Indonesia Rayakan Milad Laznas Ke-12 Tahun
- REI DPD Jabar dan Komisariat Bekasi Beri Santunan dan Sebar Wakaf 1000 Mushaf Al Quran
- HA-E IPB Serahkan Donasi untuk Masyarakat Terdampak Bencana di NTT dan NTB
- Human Initiative Miliki 4 Program Bukber
- Terima Donasi Kembali, BAZNAS Akan Salurkan Bagi Warga Terdampak Pandemi
0 Comments