Jum'at, 27/12/2024 17:53 WIB
85 PERSEN PROFESIONAL INGIN REFLEKSI DIRI YANG LEBIH INTERAKTIF
DAKTA.COM_ Tahun 2024 sebentar lagi berakhir. Sebagian profesional dan pekerja kantoran mungkin bersiap-siap untuk liburan Nataru (Natal dan Tahun Baru). Sebagian lagi berkutat dengan laporan akhir tahun. Segelintir lainnya malah masih dengan rutinitas sama, merasa tak ada yang jauh berubah.
Lalu, perlukah refleksi diri dan evaluasi? Apalagi satu dekade belakangan, kegiatan ini terasa menjadi fenomena wajib bagi setiap orang; berhenti sejenak dan merenungkan perjalanan kita selama satu tahun ini. Dalam sesi refleksi, pertanyaan yang paling umum diajukan adalah apa saja pencapaian yang sudah diraih, apa yang masih bisa ditingkatkan? Tetapi kalau hanya dengan pertanyaan saja, jujur terasa klise dan cenderung membosankan.
Bagi Julius Suharto, pencipta kerangka kerja Playsonality, kebanyakan orang abai memasukkan unsur emosi dan kreativitas dalam melakukan refleksi. Playsonality sendiri merupakan metode unik yang menggabungkan keilmuan psikologi, permainan, dan pengembangan diri yang amat berguna bagi para karyawan dan profesional.
Menurut Julius, dengan mengevaluasi setiap langkah yang sudah diambil, seorang profesional muda bisa fokus untuk benar-benar melayakkan diri untuk 2025. Persoalannya, kegiatan merenung dan refleksi ini kerap jadi senjata makan tuan. Refleksi malah menjadikan seseorang cemas dan depresi, lebih-lebih jika ia mengalami hal kurang mengenakkan dalam perjalanan hidup dan kariernya setahun ini. Proses evaluasi dan perencanaan tahun depan menjadi berantakan karena pelakunya secara psikologis sudah terganggu.
Survei yang dilakukan Bravo Playsonality menunjukkan, 78% profesional mengaku sering buntu menghadapi tantangan kompleks. Sementara 85% profesional terbukti menginginkan refleksi yang lebih interaktif.
“Jangan biarkan kegiatan refeksi pencapaian Anda terabaikan hanya karena alasan sibuk bekerja atau proses yang kurang fun,” ujar pria yang akrab dipanggil Coach Julius, yang merupakan Playsonality Coach pertama dan satu-satunya di Indonesia. Dan akhir tahun memang waktu yang paling tepat melakoninya.
Karena itu Coach Julius menekankan pentingnya sesi refleksi diri yang baik. Refleksi diri yang menyenangkan (fun), melibatkan (engagement), dan bermakna (meaning) dapat meningkatkan indeks kebahagiaan pribadi.
"Dengan pendekatan yang tepat, refleksi diri dapat menjadi aktivitas yang tidak hanya bermanfaat tetapi juga menyenangkan," ujar praktisi bersertifikat LEGO® Serious Play Facilitator tahun 2017 ini.
Refleksi menjelang 2025 bukan lagi soal duduk diam dan mengingat masa lalu. Lewat Perusahaan Bravo Playsonality yang dipimpinnya, Coach Julius menghadirkan cara baru yang kreatif dan menyenangkan dengan mengintegrasikan kerangka Design Thinking dengan LEGO® Serious Play, serta gamifikasi demi menciptakan refleksi sebagai sesi yang tak terlupakan.
Cara ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu Empathize, Define, dan Ideate. Pada tahap Empathize, para profesional diajak membuat layout pains and gains mereka di tahun 2024 dengan bantuan perangkat LEGO® dan sticky notes untuk menggali momen bahagia hingga respon diri dalam tantangan.
Tahap kedua ialah Define, yakni dengan metode 5 Why serta diskusi point of view (POV) bersama teamnya, mereka menemukan akar masalah yang menghambat dirinya dan tim. Disini uniknya menggunakan pendekatan group coaching yang seru dan insightful. Tak jarang sesi ini malah jadi sesi curhat, namun tetap bermanfaat ketika difasilitasi dengan baik.
Tahap berikutnya adalah Ideate, yaitu aktivitas pemetaan pikiran (mind mapping) untuk mengidentifikasi solusi kreatif dan melahirkan ide-ide segar untuk tahun 2025. Saat inilah, dengan menggunakan gamifikasi, semua ide bisa bebas lepas dan sigap ditangkap menjadi saran perbaikan diri dengan mudah dan menyenangkan.
Jika dilakukan dengan benar, tiga metode tersebut akan mampu mengubah refleksi akhir tahun menjadi momen penuh energi dan solusi. Berdasarkan pengalaman Coach Julius, metode ini mampu membantu perusahaan besar menghasilkan 30+ ide inovatif hanya dalam satu sesi 4-5 jam saja.
“Refleksi harus jadi pengalaman seru, bukan membosankan. Dengan Playsonality , tim bukan hanya mengenang dan curhat, tapi juga membangun ide-ide untuk masa depan,” kata penulis buku “Great Leader in You” dan “Menaklukkan Gen-Z” ini.
“Tahun 2025 akan menjadi level teranyar dalam permainan, dan kalau hidup adalah permainan pastikan Anda tahu cara bermainnya dengan mudah dan menyenangkan,” ujar Julius, menutup pembicaraan. ###
Reporter | : | Warso Sunaryo |
- ARM HA-IPB DISTRIBUSI 210 PAKET BANTUAN TAHAP 2 KE CILOPANG DAN PANGIMPUNAN, SUKABUMI
- Kenaikan Tarif PPN Menjadi 12 Persen Berpotensi Perparah Kesenjangan Ekonomi
- KPK Sita Dokumen & Bukti Elektronik Terkait CSR Bank Indonesia
- Kemana Ridwan Kamil Usai Kalah di Jakarta?
- RIDO Batal Gugat Hasil Pilkada Jakarta ke Mahkamah Konstitusi
- Tinggalkan Anies, Suara PKS Makin Jeblok
- PEMERINTAH MASIH MENGABAIKAN ANGKUTAN JALAN PERINTIS
- Miftah Maulana Mundur dari Utusan Khusus Presiden Prabowo
- KONSEP GURU MENURUT MOHAMMAD NATSIR
- Baitul Maqdis Institute Sampaikan 11 Resolusi Palestina dan Dunia Islam kepada Wakil Menlu RI, Anis Matta
- Empat Alasan Mengapa UU Pengelolaan Zakat Rugikan LAZ
- IDEAS: Dana BOS Tak Cukup Angkat Kesejahteraan Guru Honorer
- Bamsoet Minta Polri Jerat Bandar Narkoba Dengan Pasal Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
- UMKM Pertanian-Perikanan yang Utangnya Dihapus
- Kebijakan Dan “Potensi Keuntungan”, Sepatutnya Tidak Digunakan Dalam Tindak Pidana Kerugian Keuangan Negara
0 Comments