Nasional / Teknologi /
Follow daktacom Like Like
Jum'at, 17/06/2022 13:00 WIB

Beli BBM Pertalite Pakai Aplikasi Ponsel, Picu Kebakaran Enggak Ya?

PERTAMINA
PERTAMINA

 

DAKTA.COM - Pengamat gawai dari komunitas Gadtorade Lucky Sebastian merespons pembelian bahan bakar minyak (BBM) Pertalite dan Solar via aplikasi MyPertamina yang tertanam di ponsel.

Menurut Lucky, aktivitas itu sebenarnya tidak berbahaya. Sebab, ponsel dianggap sebagai alat yang memancarkan sinyal radiasi yang aman dan tidak bisa memicu kebakaran di SPBU.

Dijelaskan Lucky anggapan masyarakat soal bahaya main ponsel di SPBU adalah mitos dan hoax. Sinyal dari base tranceiver station (BTS) yang dikirim ke ponsel memiliki daya yang relatif kecil, yaitu sekitar -90 dBm (decibel-milliwatts). Artinya tidak bisa memicu api.

"Sebenarnya ponsel dituduh sebagai alat yang memancarkan sinyal dan bisa memicu kebakaran ketika mengenai uap bensin, hanyalah mitos, atau bisa dikatakan hoax," ujar Lucky


Ia pun mengutip hasil penelitian Adam Burgess dari University of Kent pada 2005. Dalam penelitian itu dari 243 SPBU yang mengalami kebakaran dalam kurun waktu 11 tahun, tidak ada satupun dipicu ponsel.

"Sinyal ponsel terlalu kecil untuk memicu kebakaran," ujar Lucky.

"Sebenarnya ponsel dituduh sebagai alat yang memancarkan sinyal dan bisa memicu kebakaran ketika mengenai uap bensin, hanyalah mitos, atau bisa dikatakan hoax," ujar Lucky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/6).

Ia pun mengutip hasil penelitian Adam Burgess dari University of Kent pada 2005. Dalam penelitian itu dari 243 SPBU yang mengalami kebakaran dalam kurun waktu 11 tahun, tidak ada satupun dipicu ponsel.

"Sinyal ponsel terlalu kecil untuk memicu kebakaran," ujar Lucky.

Mitos ini menjadi besar ketika ada pemberitaan dari surat kabar The Mirorr pada 2015, menjelaskan ketika pengendara motor mengisi bensin dan mencari ponsel, kemudian tiba-tiba bensin terbakar.

Ia menduga, kemungkinan kebakaran berasal dari bensin yang tercecer keluar dari tangki dan mengenai mesin yang masih panas, tetapi ponsel keburu tertuduh sebagai biang keladi kebakaran.

"Jadi tanda di SPBU dilarang menggunakan ponsel, di negara-negara barat cenderung diperuntukkan agar saat mengisi bahan bakar, di mana di sana tidak dilayani petugas, melainkan mengisi sendiri, tidak terdistraksi oleh ponsel, sehingga terlalu lama, salah memilih jenis bahan bakar, tidak memperhatikan keamanan," tuturnya.

Dengan demikian ia cenderung menyarankan untuk tidak memainkan ponsel ketika mengisi bahan bakar, karena berisiko menghambat antrean pengisian bahan bakar.

Sebelumnya, pemerintah berencana menerapkan pembelian bahan bakar minyak (BBM) Pertalite dan Solar menggunakan aplikasi digital, MyPertamina. Ini dilakukan agar penyaluran BBM subsidi bisa sampai ke pelanggan sesuai kriteria.

 

Dengan rencana penerapan aplikasi untuk pembelian BMM, Lucky setuju. Dia mengatakan, saat ini zaman menuju era tanpa uang fisik atau cashless. Dengan demikian, petugas tidak perlu repot menghitung uang kembalian yang menghambat antrean.

"Ini bisa memudahkan pembayaran lebih cepat karena menghemat waktu untuk menghitung uang dan kembalian, apalagi dalam bentuk angka pecahan, seperti saat mengisi penuh tanki yang kadang tidak bulat angkanya," ujarnya.

Namun ia ragu jika program pemerintah bisa serempak diterapkan di masyarakat. Pasalnya, tidak semua warga punya smartphone dan ada potensi kesulitan mengoperasikan ponsel pintar.

"Jadi tetap harus tersedia sistem pembayaran biasa, sampai nanti semua terbiasa," tuturnya.

Lebih lanjut ia menyoroti efektifitas penggunaan aplikasi MyPertamina, apakah bisa memangkas waktu atau cenderung menghabiskan durasi saat pembelian BMM subsidi.

"Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk transaksi dengan aplikasi ini, karena kalau terlalu memakan waktu, misal koneksi jelek saat harus terhubung dengan server, gagal, ada glitch, akan membuat antrian menjadi semakin panjang," tutup Lucky.



 

 

Sumber : CNN INDONESIA
- Dilihat 1349 Kali
Berita Terkait

0 Comments