Sabtu, 12/12/2020 13:14 WIB
Siaga Erupsi, Rekahan di Tebing dan Kawah Gunung Merapi Bertambah
YOGYAKARTA, DAKTA.COM - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mendeteksi gejala baru perkembangan rekahan di tebing dan puncak atau kawah Gunung Merapi akhir pekan ini. Sejak ditemukan pada awal bulan ini, rekahan itu tampak semakin panjang dan bertambah.
“Rekahan yang pekan lalu ditemukan panjangnya masih sekitar 65 meter kini sudah menjadi 120 meter, sedangkan rekahan baru yang muncul panjangnya 30-70 meter,” ujar Kepala BPPTKG Hanik Humaida di Yogyakarta, Jumat 11 Desember 2020.
Fenomena rekahan itu dibaca BPPTKG sebagai perubahan morfologi biasa yang terjadi di Gunung Merapi yang aktivitas vulkanisnya masih tinggi (status Siaga). Rekahan itu disebutkan sebagai dampak fisik dari masih adanya desakan magma di dalam perut Merapi yang terus mencoba keluar.
Hanik juga mengatakan rekahan yang semakin panjang dan banyak itu tidak berpengaruh secara langsung kepada masyarakat. Dia memperkirakan rekahan yang ada hanya akan mempengaruhi jangkauan atau jarak guguran jika terjadi kenaikan aktivitas vulkanik.
BPPTKG mencatat, dalam periode pemantauan sepekan terakhirnya, aktivitas kegempaan menurun. Namun Hanik mengingatkan bukan berarti aktivitas Merapi mengendur. “Karena perhitungan energi tak sebatas pada frekuensi gempa tapi juga amplitudonya,” ujarnya menerangkan.
Analisis morfologi area puncak berdasarkan foto dari sektor tenggara tanggal 8 Desember terhadap tanggal 29 November 2020 menunjukkan adanya sedikit perubahan morfologi area puncak. Dari data drone 5 Desember 2020 juga diperoleh gambaran bahwa tidak teramati adanya material baru (kubah lava baru).
Selain itu, meski sepekan ini intensitas hujan di Gunung Merapi tertinggi sampai 61 mm/jam selama 115 menit namun tidak sampai memicu lahar dingin maupun penambahan aliran di sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi.
Masyarakat diminta tetap waspada, karena aktivitas vulkanik Gunung Merapi masih cukup tinggi. “Potensi bahaya masih berupa guguran lava, lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal 5 kilometer,” ujar Hanik.
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | Tempo.co |
- Hari Karantina ke-147, Barantin Terus Tingkatkan Perlindungan Keanekaragaman Hayati
- Aksi Tanam Sejuta Pohon Penyuluh Agama Kemenag Kabupaten Bekasi
- Petualangan Menegangkan: Menaklukkan Track Terjal Menuju Curug
- Inovasi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi; Pemanfaatan Ulang Sampah (Puasa) dengan Pembangunan Sorting Centre Dan Eco System Advance Recycling (So CESAR)
- Produsen Kemasan Daur Ulang FajarPaper Ikut Serta Dalam Festival Peduli Sampah Nasional 2023
- HUT BSIP, Plt. Wali Kota Bekasi Gelorakan Semangat Menjaga Lingkungan Sehat
- Program Ketahanan Pangan Mengorbankan Lingkungan dan Petani
- Ridwan Kamil Akan Bangun Jalur Khusus Truk Tambang Akhir Tahun Ini
- Kendalikan Pencemaran Udara, DKI Gandeng Tangsel dan Bekasi untuk Uji Emisi
- Mikroplastik di Muara Sungai Menuju Teluk Jakarta Alami Peningkatan Semasa Pandemi
- Waspada, Cuaca Panas Ekstrem Bisa Sebabkan Risiko Kesehatan yang Cukup Mengkhawatirkan
- PP Pelindungan ABK Diterbitkan, ABK Penggugat Presiden: “Perjuangan Belum Berakhir!”
- Greenpeace Kritik Pemerintah Bungkam soal Kualitas Udara DKI Terburuk
- Keindahan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
- Warga Keluhkan Ada Polusi Udara, Kepala KSOP Marunda: Udara Tercemar Bukan dari Pelabuhan
0 Comments