Sabtu, 17/10/2020 16:00 WIB
Stafsus Menag Kevin Haikal Minta Ponpes Ikuti Perkembangan Zaman
SETU, DAKTA.COM - Tidak dipungkiri bahwa kontribusi pesantren terhadap negara sangat besar, bahkan sejak masa perjuangan kemerdekaan hingga saat ini.
Keberpihakan, kehadiran, dan perhatian negara terhadap pesantren juga semakin hari semakin bertambah.
Hal ini memuncak di era Presiden Joko Widodo, seiring ditetapkannya 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional sejak tahun 2015 dan disahkannya Undang-Undang (UU) No 18 tahun 2019 tentang Pesantren.
Staf Khusus Menteri Agama Bidang Organisasi kemasyarakatan, Sosial Keagamaan dan Komunikasi Publik Kevin Haikal saat menghadiri Festival Kuliner Pesantren di Ponpes Motivasi Indonesia Desa Burangkeng Kecamatan Setu, Sabtu (16/10) mengatakan ini merupakan peluang sekaligus tantangan bagi dunia pesantren. Peluang karena pendidikan pesantren kini sudah mendapat rekognisi dari negara, baik dalam bentuk pendidikan diniyah formal maupun penyetaraan (muadalah).
"Pendidikan diniyah formal juga sudah lengkap, dari jenjang ula (setingkat MI), wustha (setingkat MTs), 'ulya (setingkat MA), bahkan hingga Ma'had Aly (PTKIN)", katanya.
Namun, diakuinya rekognisi negara juga menjadi tantangan bagi pesantren. Lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia ini harus bertransformasi sesuai perkembangan zaman. Masyarakat pesantren harus mampu menjawab persoalan masyarakat global masa kini dan perkembangan teknologi informasi. Santri harus bisa ikut mengambil peran sebagai warga dunia.
"Karenanya, selain tafaqquh fid-din (penguasaan ilmu agama), santri juga harus punya keahlian kompetitif dalam menghadapi kehidupan dunia. Dengan begitu, santri bisa bersaing tidak kalah dengan lulusan pendidikan lainnya dan tidak dipandang sebelah mata", jelasnya.
Haikal mengapresiasi pendekatan metodologi pembelajaran Pesantren Motivasi Indonesia, Yayasan Istana Yatim Nurul Mukhlisin. Sebab, selain belajar ilmu agama, santri di pesantren ini juga dilatih keterampilan dan keahlian. Mulai dari barista coffee, hidroponik, ternak lele, bahasa Inggris, bahkan sampai membuka santri mart untuk pemberdayaan pesantren.
"Ini cermin kemandirian. Sejak dulu, pesantren memang dikenal sebagai lembaga yang mandiri. Kemandirian menjadi nilai pesantren, selain keikhlasan, kejujuran, tanggung jawab, dan toleransi", pungkasnya***
Reporter | : | Ardi Mahardika |
- Ubhara Jaya Jadi Tuan Rumah Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi (PPKPT)
- Ubhara Jaya Gelar PKKMB Diikuti 2000 Mahasiswa Baru
- Seminar Nasional Fakultas Hukum Ubhara Jaya: Menakar Masa Depan Penegak Hukum Di Indonesia
- Angkatan Pertama, Universitas Bani Saleh Gelar Wisuda 461 Sarjana
- Ubhara Jaya Helat Seminar Internasional Bersama BNPT
- Catatkan 2 Rekor Baru MURI, Ubhara Jaya Resmikan Pendirian Pusat Kajian Ilmu Bela Negara
- Sebanyak 1.299 Mahasiswa Diwisuda, Ubhara Jaya Siap Cetak Lulusan Berintegritas
- Mudah dan Cepat, Berikut Cara Mengecek NPSN Sekolah
- Belajar Online melalui Terjemahan Aksara Sunda ke Teks Latin
- Makna Mendalam dalam Puisi Bali Anyar, Eksplorasi Kehidupan dan Spiritualitas
- Ubhara Jaya Jadi Tuan Rumah Seminar dan Silaturahmi Nasional Pergubi
- Ubhara Miliki Profesor Bidang Ilmu Akuntansi Keuangan Kontemporer
- P2G DESAK KEMDIKBUDRISTEK MENINJAU ULANG SISTEM PPDB
- Hadirkan BNN dan Granat, Ubhara Jaya Gelar Kuliah Umum Memperingati HANI 2023
- Ubhara Jaya Adakan Pelatihan Digital Branding Produk Olahan Limbah Minyak Jelantah
0 Comments