Nasional / Ekonomi /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 18/08/2020 09:22 WIB

Lompatan Besar Ekonomi Lewat Industri Siber

Ilustrasi siber (Foto: Ekrut.com)
Ilustrasi siber (Foto: Ekrut.com)
JAKARTA, DAKTA.COM - Pakar keamanan siber, Pratama Persadha menyebut bahwa salah satu sektor yang bisa membantu lompatan besar ekonomi adalah dari industri siber Tanah Air. Mengacu pada data riset Google di tahun 2019, potensi ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai US$ 133 miliar atau lebih dari Rp1832 triliun, sebuah angka yang sangat besar.
 
“Prediksi Google ini keluar sebelum ada krisis Covid-19. Memang pastinya ada banyak penyesuaian. Namun satu hal penting yang kita lihat, krisis ini mendorong proses digitalisasi berjalan dengan sangat cepat dan artinya konsumsi lewat layanan digital juga naik,” terangnya dalam keterangannya, Senin (17/8). 
 
Chairman lembaga riset keamanan siber Indonesia CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini melihat, praktis ticketing online turun drastis, karena menurunnya perjalanan antar pulau antar kota dan antar negara imbas Covid-19. 
 
Namun, pemenuhan kebutuhan lewat online cenderung naik tajam. Misalnya pemakaian aplikasi webinar dan rapat online, lalu sekolah dari rumah yang menggunakan perangkat elektronik dan data. Bisa dilihat dari laporan Telkom yang membukukan laba hampir Rp12 triliun.
 
“Jadi apa yang disampaikan bapak Presiden untuk melakukan lompatan besar ekonomi, salah satunya lewat industri siber. Masalahnya adalah di sisi kemandirian. Infrastruktur internet jangan mengekor ke asing, lalu secara perlahan kita harus medorong platform digital lokal berkembang dan dipakai masyarakat. GoJek sudah membuktikan bisa dan berhasil,” tegasnya.
 
Pratama mengapresiasi keberhasilan pemerintah menarik pajak dari layanan digital asing seperti Google, Netflix, dan Spotify. Namun, lanjutnya, pekerjaan rumah masih panjang, di era digital menarik pajak memang sulit namun ada yang lebih penting dan masih belum diselesaikan di Indonesia, yaitu pengelolaan data.
 
“Pengelolaan data ini menyangkut uang yang sangat besar. Bisa kita lihat saat kementerian kita harus membeli data yang mahal dari para pemilik platform, kebetulan sebagian besar dari luar negeri. Lalu lebih penting menyangkut keamanan data yang berimbas pada keamanan pertahanan nasional kita,” jelas Pratama.
 
Menurutnya, pengelolaan data ini dimensinya bisnis dan pertahanan. Data adalah bisnis paling menggiurkan saat ini, karena itu terjadi ketegangan global akibat keberhasilan Huawei menjadi yang terdepan dalam bisnis infrastruktur 5G. AS dan sekutunya tidak ingin lalu lintas data melewati infrastruktur Huawei, dianggap merugikan mereka dari sisi keamanan.
 
“Artinya industri keamanan siber juga menjadi hal yang patut didorong pemerintah. Kita melihat bagaimana sepanjang kuartal pertama 2020 serangan siber ke Tanah Air begitu besar. Industri keamanan siber ini mencakup semua mulai dari infrastruktur, SDM sampai pada teknologinya,” jelasnya.
 
Pratama menambahkan, dengan memenuhi kebutuhan siber di dalam negeri, Indonesia bisa melakukan lompatan ekonomi cukup besar. Namun syaratnya jelas pemenuhan kebutuhan infrastruktur siber, penguatan SDM dan riset teknologi juga harus diprioritaskan. 
 
"Pada akhirnya pemenuhan itu disuplai oleh ekosistem siber dalam negeri. Tak kalah penting, dengan kemandirian akan membuat kedaulatan siber negara kita semakin kuat," pungkasnya. **
Reporter : Warso Sunaryo
Editor :
- Dilihat 1738 Kali
Berita Terkait

0 Comments