Kamis, 25/06/2020 14:13 WIB
Pemerintah Diingatkan Dampak Perubahan Iklim pada Stok Beras
JAKARTA, DAKTA.COM - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Galuh Octania mengatakan, pemerintah perlu mengantisipasi dampak perubahan iklim pada ketersediaan stok beras di pasar.
Saat ini, Kementerian Pertanian (Kementan) pun tengah memaksimalkan penghujung musim tanam untuk memanfaatkan musim penghujan yang masih berlangsung di beberapa wilayah di Indonesia. Hal ini menandakan kondisi iklim yang tak menentu masih menjadi tantangan bagi produksi beras dan komoditas pangan lainnya.
Galuh mencontohkan, kemarau ekstrim di tahun 2019 bahkan berdampak pada menurunnya produksi beras sebesar 7,76%. Kondisi iklim yang tak menentu harus diwaspadai karena dapat berpengaruh pada penyerapan beras di musim panen kedua tahun 2020, yang diprediksi oleh Bulog akan berlangsung sekitar September-November nanti.
"Jika melihat dari harga beras melalui Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) nasional, harga beras cenderung berada di kisaran Rp 11,900 per kilogram atau stabil tinggi sejak April 2020," katanya dalam keterangannya yang diterima, Kamis (25/6).
Menurutnya, untuk menjaga kestabilan harga beras di semua wilayah di Indonesia, pendistribusian beras oleh Bulog harus dikelola dengan baik agar mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Ia menyatakan, pendistribusian yang merata juga bertujuan untuk menghindari terjadinya ketimpangan harga antara harga beras di wilayah yang surplus produksi berasnya dan wilayah yang produksinya mengalami defisit.
“Perhitungan pun harus dilakukan secara berkala, dengan mempertimbangkan kejadian-kejadian yang tidak dapat diprediksi, jangan sampai harga beras nanti terus berada dalam level tinggi atau perlahan naik. Karena jika perhitungan menunjukkan perlunya pengadaan beras dalam jumlah yang lebih banyak, mau tidak mau perhitungan untuk impor juga harus dilakukan jauh-jauh hari untuk menghindari keterlambatan akibat proses panjang impor yang harus dilalui,” terang Galuh.
Bulog (Badan Urusan Logistik) sendiri sudah memastikan bahwa persediaan beras di Indonesia dipastikan cukup hingga akhir tahun. Oleh karena itu, Bulog tidak akan melakukan impor.
Dilaporkan bahwa stok beras di gudang Bulog saat ini berada dalam jumlah sekitar 1,4 juta ton, yang mana terdiri dari CBP atau Cadangan Beras Pemerintah sebanyak 1,35 juta ton dan sisanya 56 ribu ton merupakan beras komersial.
Langkah ini disebut Bulog dilakukan sudah berdasarkan perhitungan yang dilakukan bersama dengan Menteri Pertanian serta menggunakan data BPS dan Bank Indonesia.Akan tetapi, pemerintah tetap harus terus waspada dengan perkembangan stok beras di Indonesia. **
Reporter | : | |
Editor | : |
- Menaker Dorong Organisasi HRD Berkontribusi Tingkatkan Keterampilan Pekerja
- Sambut Libur Sekolah, Pasar Senggol Hadir Kembali di SMB
- Revitalisasi Kalimalang Menuju Wisata Air, Kemenpar Soroti Potensi dan Tantangan
- PHK Sepihak, Massa Buruh Gelar Demo di Gudang Distribusi Coklat di Narogong Bekasi
- PT Naffar Perdana Wisata Sukses Gelar RUPS 2025, Resmi Luncurkan KOPASHUS & DIGI OPZ sebagai Strategi Besar
- WOM Finance Resmikan Kantor Baru Cabang Bekasi 1 di Summarecon
- Investasi Bekasi Tumbuh Pesat, LPCK Luncurkan Hunian dan Komersial Baru di Lippo Cikarang Cosmopolis
- Progres Pembangunan, PT Summarecon Agung Tbk. Seremoni Penutupan Atap SMB Tahap II
- Sambut Idul Fitri, Danamon Menyediakan Solusi Keuangan untuk Mendukung Kemudahan Transaksi Nasabah
- Program Belanja Untung Berlangsung di Summarecon Mall Bekasi, Afgan Bakal Guncang Pengunjung 21 Maret
- KOSPE Bersama Gerakan Semua Bisa Umroh, Gelar Soft Launching Program Simpanan Haji Khusus
- Mengenal Dogecoin dan Pergerakan Harganya
- LPCK Perluas Pilihan Produk RumahTapak Baru Guna Menjawab Kebutuhan Generasi Muda
- Investasi Kabupaten Bekasi Meningkat, Penjualan Properti Residensial dan Ruko LPCK Bertumbuh
- Tidak Impor Pangan Tahun 2025, Mungkinkah?
0 Comments