Internasional /
Follow daktacom Like Like
Sabtu, 13/06/2020 13:26 WIB

Biaya Haji dan Umrah Bakal Naik hingga 50 Persen saat Pandemi

Ilustrasi Ka'bah
Ilustrasi Ka'bah
JAKARTA, DAKTA.COM - Pengusaha biro perjalanan memperkirakan biaya haji dan umrah akan meningkat sekitar 25 persen sampai 50 persen dari tarif normal usai ditutup sementara oleh pemerintah Arab Saudi.
 
Ketua Umum Serikat Penyelenggara Umrah dan Haji (Sepuh) Syam Resfiadi memperkirakan biaya haji dan umrah akan naik sekitar 35 persen sampai 50 persen dari tarif normal. Peningkatan biaya utamanya berasal dari pengeluaran harga tiket perjalanan dari Jakarta ke Jeddah dan sebaliknya.
 
"Tiket Jakarta-Jeddah dan Jeddah-Jakarta akan dibatasi (sehingga harga naik), juga karena kenaikan PPN (pajak pertambahan nilai) kurang lebih 15 persen," ucap Syam kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (13/6).
 
 
Selain harga tiket, pemilik PT Patuna Mekar Jaya (Patuna Travel) itu memperkirakan kenaikan biaya penjalanan ibadah haji dan umrah juga akan berasal dari biaya akomodasi. Misalnya, harga hotel serta sewa tenda di Arafah dan Mina yang meningkat hampir 50 persen.
 
Ia mengatakan kenaikan sangat mungkin mencapai 50 persen karena harus menerapkan protokol kesehatan berupa jaga jarak, sehingga kapasitas mungkin harus dikurangi. Dengan begitu unit kamar yang dipesan harus lebih banyak dari sebelumnya.
 
"Bus di Saudi juga dibatasi 50 persen (kapasitas)," imbuhnya.
 
Menurut Syam, kenaikan harga perjalanan ibadah tentu akan menggerus daya beli masyarakat, sehingga jemaah yang berangkat haji dan umrah kemungkinan akan berkurang bila sudah dibuka nanti. Namun, kenaikan memang mau tidak mau harus dilakukan karena kondisi new normal pandemi virus corona atau Covid-19 memang membuat semua komponen pengeluaran meningkat.
 
"Insya Allah besar sih tidak (penurunan minat), mungkin tetap ada permintaan dari kalangan menengah dan menengah atas. Protes pun pasti ada," tuturnya.
 
Sebagai solusi, Syam mengatakan para agen perjalanan ibadah haji dan umrah kemungkinan akan memotong margin keuntungan mereka hingga 50 persen. Tujuannya, agar permintaan tetap tinggi.
 
"Kami akan potong margin sehingga tidak sebesar masa normal. Misalnya margin US$200 menjadi US$100 saja atau US$100 menjadi US$50 saja," katanya.
 
Cara lain, sambungnya, dengan membuat paket keluarga. Sebab, aturan jaga jarak dirasa lebih leluasa untuk keluarga.
 
"Dengan begitu kami insya Allah berharap volume bertambah agar daya beli konsumen mampu membelinya," terangnya.
 
Di sisi lain, pemotongan margin keuntungan tentu akan berimbas pada bisnis perjalanan ibadah haji dan umrah. Dampaknya pun tidak hanya kepada kelangsungan operasional, namun juga karyawan agen perjalanan ibadah.
 
Namun, Syam memastikan para agen perjalanan akan sebisa mungkin menyiasati agar karyawan tetap bisa bekerja dan menerima hak mereka. "Sekarang (ada yang) dirumahkan dengan potongan gaji. Jika sudah berjalan akan kami panggil sesuai kebutuhan saja sampai normal kembali semuanya kami pekerjakan lagi," ujarnya.
 
Senada, Sekretaris Jenderal Kesatuan Tour Travel Haji dan Umrah Republik Indonesia (Kesthuri) Artha Hanif memperkirakan biaya perjalanan ibadah akan naik minimal 30 persen dari tarif normal saat ini. Kenaikan biaya berasal dari hotel, bus, katering, tiket pesawat, dan lainnya masing-masing sekitar 20 persen.
 
"Tren haji dan umrah ke depan di era new normal adalah mahal. Praktis jumlah jemaah trennya bakal menurun cukup signifikan, pasar umrah minimal turun 20 persen," kata Artha.
 
Selain ada penyesuaian tarif dan tren, ia menilai jemaah pun harus bersiap dengan berbagai tata cara baru. Misalnya, harus menyiapkan mental menunggu giliran haji dan umrah yang lebih panjang, dana yang meningkat, ilmu manasik yang lebih mandiri, keperluan pribadi yang bertambah, hingga pemesanan sejak jauh-jauh hari.
 
"Kami masih mencermati apakah tahun ini Arab Saudi akan tetap menyelenggarakan haji atau tidak. Kalau pun umrah dibuka setelah haji tahun ini, maka paling cepat umrah akan dibuka September," jelasnya.
 
Sementara, Sekretaris Jenderal DPP Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (Amphuri) Firman M. Nur memperkirakan kenaikan biaya perjalanan ibadah akan naik lebih dari 25 persen, namun tidak sampai 50 persen. Secara umum, komponen pengeluaran akan tetap sama, namun dengan biaya yang meningkat.
 
Pertama, kenaikan PPN yang akan diberlakukan pemerintah Arab Saudi dari 5 persen menjadi 15 persen mulai Juli 2020. Kedua, biaya transportasi pesawat dan bus yang meningkat hampir dua kali lipat akibat pengurangan kapasitas.
 
Ketiga, biaya akomodiasi di mana kapasitas kamar akan dibatasi menjadi dua orang saja. Keempat, beban biaya pemeriksaan kesehatan menggunakan PCR atau rapid test.
 
"Termasuk mungkin biaya asuransi juga akan naik. Secara total lebih dari 25 persen, namun tidak sampai 50 persen," ungkapnya.
 
Sampai bulan ini, pemerintah Arab Saudi belum mengumumkan kapan jadwal penyelenggaraan ibadah haji dan umrah akan dibuka. Namun, Arab sudah melonggarkan penguncian wilayah (lockdown) dengan membuka kembali sekitar 90 ribu masjid di negaranya.
 
Imbasnya, pemerintah Indonesia pun membatalkan seluruh penyelenggaraan ibadah haji pada tahun ini. Kendati demikian, biaya penyelenggaraan dipastikan bisa kembali ke calon jemaah. (uli/sfr)
Editor : Dakta Administrator
Sumber : CNN Indonesia
- Dilihat 1195 Kali
Berita Terkait

0 Comments