Mutiara Hikmah /
Follow daktacom Like Like
Jum'at, 17/04/2020 14:31 WIB

Wabah dan Ujian Keimanan Seorang Muslim

Ilustrasi hijrah
Ilustrasi hijrah
DAKTA.COM - Oleh: Kholis Abu Mawla, Penulis Majelis Keluarga Indonesia (MKI)
 
Saat ini kita menjalani kehidupan tak seperti biasanya, wabah virus corona telah mengubah segalanya. Kemana-mana kita harus mengenakan masker dan cuci tangan. Untuk menghindari penyebaran virus, semua orang menjaga jarak interaksi fisik dengan orang lain.
 
Selain dianjurkan tinggal di rumah, semua pergerakan sosial dibatasi. Imbasnya ekonomi semakin sulit, dunia usaha ikut terpuruk, yang mengakibatkan banyak orang kehilangan pekerjaannya.
 
Mampukah kita mengatasi kesulitan hidup ini ?.
 
Hidup di dunia, tak selamanya enak, dan menyenangkan. Ada kalanya, kita ditimpa kesedihan, dan kesulitan, bahkan musibah mungkin datang secara beruntun. Inilah ujian hidup, tapi tahukah kita siapakah yang paling besar ujiannya….?.
 
Dialah, Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Manusia yang paling berat cobaannya adalah para nabi, kemudian orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya.  Begitulah sabda nabi dalam riwayat Ahmad. 
 
Masih ingat dengan penderitan kaum muslimin di Mekah pada awal penyebaran Islam. mereka diintimidasi, dan disiksa untuk meninggalkan agama Islam. meskipun harus menahan siksaan di bawah panas terik matahari, saat tubuhnya ditindih batu, Bilal bergeming, dan tetap berucap dengan lirih, 'ahad..ahad…ahad…."
 
Penderitaan yang dialami keluarga Amar bin Yasir pun begitu menyayat, saat sang bunda, Sumayyah tewas ditusuk, sehingga ia tercatat sebagai syahid pertama dalam perjuangan dakwah nabi.
 
Penderitaan terberat dirasakan oleh baginda Rasulullah karena dihina, dicaci, difitnah,  dituduh sebagai orang gila, dan tukang sihir. Suatu saat, Rasulullah dilempari kotoran unta, saat bersujud di depan kakbah. Lalu, anak-anak dan kaum wanita melemparinya dengan batu, saat berdakwah ke penduduk thoif, sehingga beliau terluka.
 
Keluarga beliau dari bani hasyim dan bani mutholib pun ikut merasakan pedihnya kekejaham kaum kafir quraish. Rasulullah bersama mereka diboikot, dan diisolasi oleh penduduk mekah, di sebuah lembah, selama tiga tahun, sehingga kelaparan, dan hanya makan daun-daunan.
 
Setelah itu, kesedihan pun makin dirasakan oleh Rasululloh, saat istri tercintanya, Khadijah radhiyallahu anha wafat, disusul kemudian sang paman, Abu Tholib, yang selama ini melindungi perjuangan dakwah nabi, dari kekejaman kafir quraish. 
 
Semua penderitaan dan kesedihan itu, tak melunturkan kekuatan iman. Bahkan, menularkan kepada kaum muslimin yang juga teguh dalam imannya. Mereka rela kehilangan harta, bahkan nyawa. Mereka pun rela meninggalkan kampung halamannya, demi memelihara imannya.
 
 
Apa yang dialami generasi terbaik itu, tak sebanding dengan yang kita alami sekarang. Kita hanya diminta untuk berdiam diri di rumah. Meskipun, ada yang tak memiliki bekal makanan yang cukup, masih ada saudara, dan tetangga yang peduli dengan nasib kita. Bahkan, pemerintah menyediakan jaminan pangan untuk warga miskin.
 
Kita tidak diboikot,  kita tidak sampai kelaparan, kita tidak seperti Rasulullah, yang dikejar-kejar untuk dibunuh, hingga, Rasulullah bersama sahabatnya, Abu Bakar bersembunyi di Gua Tsur, untuk menghindari kejaran kaum musyrikin.
 
Ujian keimanan yang dialami nabi, dan para sahabatnya, mendapat balasan terbaik dari Allah azza wajalla, dengan sebuah kemenangan. Pada tahun 8 hijriyah. terjadilah penaklukan kota Mekah. 
 
Rasulullah memasuki kota Mekah, dengan tetap menundukkan kepala sambil membaca surat al-Fath, berulang-ulang, "inna fatahna laka fatham mubiina,  “sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.”
 
Rasulullah hanyut dalam ketundukan, dan kesaksian terhadap janji Allah tentang sebuah kemenangan.
 
Allah subhaanahu wa ta'ala tak akan pernah mengingkari janjinya, untuk menolong semua hambanya yang beriman, karena itu yakinlah dengan pertolongan Allah. Wallahu Taala 'alam.
Reporter : Warso Sunaryo
Editor :
Sumber : Kholis Abu Mawla
- Dilihat 2533 Kali
Berita Terkait

0 Comments