Nasional / Sosial /
Follow daktacom Like Like
Jum'at, 10/01/2020 14:39 WIB

Warga Desa Terisolir Bencana di Bogor Barat Masih Butuh Bantuan

Tim MWI bertemu Adit dan Ibu Ana saat memberikan bantuan ke desa terisolir Bogor Barat
Tim MWI bertemu Adit dan Ibu Ana saat memberikan bantuan ke desa terisolir Bogor Barat
BOGOR, DAKTA.COM - Ana, seorang ibu paruh baya, warga Cileuksa Ilir ditemani anak lelakinya, Adit, bersusah payah turun dari tempat ia mengungsi pasca terjadinya bencana banjir bandang dan tanah longsor di wilayah Sukajaya, Bogor Barat, demi untuk mendapatkan bantuan
 
Rumahnya hilang, tertimbun tanah longsor. Dengan kondisi lelah, bingung, ketakutan, dan perut kosong karena beberapa hari tak kebagian bantuan yang sangat minim masuk. Sekali masuk bantuan, warga langsung berebut. Hal yang wajar. Karena seluruh warga di sana juga mengalami kondisi yang sama dengan Ibu Ana.
 
Kondisi yang kemudian memaksanya untuk turun mencari bantuan, baik berupa makanan siap santap maupun bahan makanan yang bisa masak untuk keluarga. Hanya agar bisa bertahan hidup. Bagi dirinya, anaknya, dan seluruh keluarganya.
 
Bagi Ana, kebutuhan bertahan hidup bagi keluarganya, agar bisa makan, lebih penting dari pada keselamatan dirinya. Ibu Ana, sejak pagi buta, saat jalanan masih gelap, ba'da Subuh, mengajak anak lelakinya untuk menuruni tebing licin dan jalanan berlumpur, demi mencari bantuan logistik, bahan makanan yang bisa ia dan keluarganya masak untuk bertahan hidup. Jalanan ia tempuh berjam-jam bersama anaknya. 
 
Sampai akhirnya, Ibu Ana bertemu dengan tim relawan Wahana Muda Indonesia (WMI) yang tengah berjuang menembus jalur menuju desa Urug, maupun Cileuksa, dengan mobil off road yang mengangkut bantuan logistik saat melintas di desa Ranca Bebek.
 
Ternyata, meski tengah mencari bantuan bahan makanan, namun Ibu Ana tidak memiliki keberanian untuk menghentikan mobil relawan WMI. Ia hanya menghentikan langkahnya, berdiri lemah, menatap pasrah dengan penuh harap. Agar mobil yang dikendarai relawan WMI, Iman Kapten, berhenti dan memberinya bantuan logistik berupa bahan makanan yang tengah diangkut.
 
Qodarullah, Alloh Ta'ala selalu mencintai hambanya yang tak putus asa untuk berusaha dan berjuang, kehadiran ibu dan anak dengan kaki penuh lumpur tersebut pun menarik perhatian para relawan WMI yang segera menghentikan laju mobilnya, kemudian turun menemui Ibu Ana.
 
Dengan tubuh lelah, penuh peluh, setelah menempuh perjalanan selama 6 jam jalan kaki, dan wajah lesu karena menahan lapar, Ibu Ana baru berani bercerita dan menyampaikan niatnya turun untuk mencari bantuan bahan makanan yang dapat ia masak untuk keluarganya. 
 
"Saya butuh bantuan mas. Demi Alloh, saya masih butuh bantuan bahan makanan untuk keluarga saya. Keluarga saya banyak," ungkapnya penuh iba.
 
Adit, sang anak yang masih bersekolah, kelas 8, di salah satu SMP di wilayah Cileuksa Utara, hanya tersenyum melihat kehadiran tim relawan WMI. Saat ditanya tim WMI, ia bercerita bahwa ia biasa menempuh jarak kiloan meter, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam untuk ke sekolah.
 
Hal itu diceritakan oleh Imam Kapten sang relawan WMI, saat bertemu dengan Ibu Ana dan Adit pada waktu menjelang siang. 
 
"Saat ketemu siang, sekitar pukul 11 an," tutur Iman Kapten menahan haru.
 
Sekedar informasi, hingga Kamis 9 Januari 2020 ada beberapa desa di wilayah Sukajaya, seperti: Desa Cileuksa, Urug, Ciberani, dan beberapa desa lainnya masih terisolasi. Bantuan yang masuk sangat minim. Karena akses jalan yang putus maupun tertutup material longsor. Distribusi bantuan dari luar hanya bisa dilakukan dengan jalan kaki (dipanggul) dan dengan menggunakan motor trail.
 
Ibu Ana, Adit, dan ribuan warga Kecamatan Sukajaya yang menjadi korban bencana banjir dan tanah longsor masih dalam kondisi yang memprihatinkan. Masih butuh uluran tangan dari Anda. **
Editor :
Sumber : Rilis WMI
- Dilihat 1940 Kali
Berita Terkait

0 Comments