Jum'at, 15/11/2019 14:13 WIB
Eksistensi Partai Gelora Indonesia
BEKASI, DAKTA.COM - Partai Gelora Indonesia yang lahir tanggal 28 oktober 2019 lalu seperti membuka kotak pandora. Kemunculan partai baru besutan eks Presiden PKS Anis Matta dan Fahri Hamzah itu seakan menguatkan bahwa partai Gelora Indonesia yang kepanjangan dari Gelombang Rakyat Indonesia termasuk salah satu partai yang berdiri cepat.
Bahkan eksistensi partai baru itu mampu meyakinkan seorang public figure veteran sekaligus mantan Wagub Jawa Barat Deddy Mizwar. "Gelora.. Perjalanan baru, visi baru, arah baru." Begitu yang disampaikannya sebagai pertanda beliau tertarik dan bergabung dengan Gelora Indonesia.
Logo partai baru ini nampak jauh dari kesan Islam politik dan cenderung klasik. Logo yang menyerupai bentuk Gelombang laut dihiasi warna biru laut dan warna merah putih semakin unik. Jauh dari warna mainstream sebagaimana yang digunakan banyak logo partai di Indonesia.
Nama Gelora
Nama Gelora mengingatkan kita pada dialog Soekarno dengan Menteri Agama Saifuddin Zuhri pertengahan 1962. Kala itu Soekarno hendak mengusulkan nama Pusat Olahraga Bung Karno sebagai simbol tempat penyelengaraan Asean Games ke IV di Jakarta.
Namun menteri agama menolak dan mengusulkan nama ‘Gelanggang Olahraga’ atau disingkat Gelora karena lebih cocok dan lebih dinamis. “Nama Gelanggang Olahraga Bung Karno kalau disingkat menjadi Gelora Bung Karno. Kan mencerminkan dinamika sesuai dengan tujuan olahraga," kata Zuhri dalam otobiografi Berangkat dari Pesantren.
Pemilihan nama Gelombang Rakyat juga tak lepas dari seorang Anis Matta. Dari idenya lahir sebuah buku berjudul Gelombang Ketiga yang ia tulis ketika menjabat Presiden PKS. Tidak salah kemudian kita menganggap ada relasi antara judul buku tersebut dengan penamaan Gelora Indonesia.
Kolaborasinya dengan Fahri Hamzah yang dikenal sebagai Singa Parlemen semakin memantapkan nahkoda partai baru itu. Tak kurang dari 3 periode 2004 -2019 Fahri Hamzah konsisten berjuang di parlemen.
Komposisi tokoh sentral yang kenyang dengan dunia perpolitikan itu menjadi garansi kalau Partai Gelora Indonesia tidak gagap lagi dalam politik praksis. Bahkan bisa dikatakan Fahri Hamzah menjadi tokoh yang tak tergantikan sebagai politisi ulung saat ini.
Meski berbeda secara artifisial, kata Gelora mengandung makna dinamis dan bersemangat. Hal ini melekat dalam nilai-nilai kepemudaan yang dicirikan enerjik, kreatif, dan inovatif. Mungkin itu yang sengaja dibuat agar partai Gelora mampu menangkap ceruk kader berusia muda. **
Reporter | : | Warso Sunaryo |
Editor | : |
- Mengapa RRC- PKC buru-buru mengundang Prabowo?
- Pekerjaan Rumah Menanti Hadi dan AHY
- Haram Golput, Pilih Pemimpin yang Mampu Menjaga Agama dan Negara
- Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie : Prabowo Subianto Hanya Akan Menjabat Sebagai Presiden Selama Dua atau Tiga Tahun Apabila Terpilih Dalam Pemilu 2024
- Anies Sebut Film 'Dirty Vote' Cara Rakyat Respons Kecurangan
- Cara Top Up Genshin Impact Murah: Menambah Kristal Tanpa Merusak Dompet
- DPR BUKAN LAGI RUMAH RAKYAT, ASPIRASI PEMAKZULAN JOKOWI DIPERSEKUSI?
- Etika Politik "Endasmu Etik"
- PENGUSAHA JANGAN LEBAY, KAITKAN BOIKOT PRODUK TERAFILIASI ISRAEL DENGAN ANCAMAN PHK MASSAL!
- Eddy Hiariej Terima Rp3 M atas Janji SP3 Kasus Helmut di Bareskrim
- KPU Masih Analisis Sistem soal Dugaan Kebocoran Data DPT Pemilu 2024
- Beban Berat Nawawi Pulihkan Kepercayaan KPK
- Bareskrim Selidiki Peretasan Data Pemilih di KPU
- Panja DPR-Kemenag Tetapkan Biaya Haji 2023, Jamaah Harus Bayar Rp 56 Juta
- Boikot Produk Terafiliasi Israel di Indonesia Bisa Melalui Penerapan UU JPH
0 Comments