#Apa Kata Netizen Eps 28
Tahun 2020, Bahagia atau kecewa?
BEKASI, DAKTA.COM - Netizen, setiap orang pasti bersemangat untuk menyambut tahun yang segera berganti. Siap atau tidak siap, bahagia atau sedih kita akan memasukinya. Tidak ada yang bisa menolak kenyataan itu. Kita selalu berharap hari-hari yang akan datang jauh lebih baik daripada yang telah kita lewati kemarin.
Jelang Tahun baru sejatinya suasana baru dengan kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada masyarakat. Namun, Jelang kepemimpinan kedua Presiden Joko widodo periode 2019—2024, ada beberapa kejutan yang akan dihadapi masyarakat Indonesia.
Apa sajakah itu? Mereka adalah jajaran kenaikan tarif yang akan diberlakukan. Mulai dari naiknya iuran BPJS Kesehatan, cukai rokok yang kenaikannya mencapai 23%. Selanjutnya harga jual kantong plastik Rp500 per lembar, hingga memberlakukan tarif baru ojeg online (Ojol) di seluruh Indonesia. Suka tidak suka kita harus menyambutnya dengan senyuman semanis seperti menyambut tahun baru 2020 yang penuh harapan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa keuangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan selalu Defisit. Hutang yang tidak bisa dibayar BPJS Kesehatan kepada Rumah Sakit, membuat pemerintah menggelontorkan sejumlah dana guna menutupnya dan pada awal tahun 2020 nanti, iuran setiap bulan yang dibebankan kepada peserta JKN pun harus dinaikkan, dengan harapan bisa menutup defisit tersebut.
Media sosial Radio dakta melalui instagram dibanjiri ratusan netizen memberi komentar mengenai kebijakan pemerintah yang diberlakukan pada tahun 2020 mendatang. Salah satunya dari pemilik akun @boy_akmal2004 mengatakan, Kenaikan ini adalah indikasi besarnya defisit anggaran. Artinya cash outflow lebih besar dari cash inflow. Cash outflow yang melebihi cash inflow disebabkan beberapa faktor yaitu: terkurasnya devisa akibat besar impor melebih ekspor; besarnya beban cicilan bunga plus hutang luar negeri, pemborosan anggaran akibat inefisiensi atau kebocoran anggaran. Kebocoran anggaran bisa disebabkan oleh adanya korupsi berjamaah secara massive oleh rezim.
Wawancara Dakta dengan Erna, Warga Bumi Anggrek Kota Bekasi menyayangkan kenaikan iuran BPJS Kesehatan yang dikabarkan hingga 100 persen. Menurutnya, hal ini membuat masyarakat miskin tambah miskin yang kaya semakin kaya. Harapan Erna di kepemimpinan Presiden Joko widodo yang kedua, Kebijakan-kebijakan yang dibuat lebih mewakili hati rakyat, bukan kepentingan golongan atau kepentingan pribadi, perhatikan rakyat kecil, maka pak jokowi akan disayangi rakyatnya. Dibawah ini komentar netizen melalui Instagram @radiodakta
IG @radiodakta_Komentar Netizen, Kejutan Tahun 2020 Periode Ke 2 Jokowi
Netizen, sebenarnya Pemerintah sudah positif, menaikkan iuran program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan sebesar 100 persen untuk menutup defisit. Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo mengatakan, kenaikan iuran tersebut dilakukan mulai 1 Januari 2020. Namun, ini berlaku hanya untuk kelas I dan kelas II.
Mardiasmo mengatakan, Kelas I menjadi Rp160. 000 per bulan, dari Rp80.000 per jiwa, kelas II menjadi Rp110.000 per bulan dari Rp51.000 per jiwa; dan kelas III menjadi Rp42.000 per bulan dari Rp25.500 per jiwa. Namun, kenaikan iuran BPJS Kesehatan untuk kelas III masih ditunda setelah Komisi IX dan XI DPR menolak usulan itu.
Selain iuran BPJS yang akan dinaikkan, hal lainnya yang menjadi sorotan publik adalah harga jual kantong plastik menjadi Rp500 per lembar. Hal ini pun mengundang respon Dhiya arifin warga bekasi.
Peduli terhadap lingkungan menjadi alasan Dhiya arifin warga bekasi mendukung salah satu kebijakan pemerintah di awal tahun 2020 mendatang. Dengan menaikkan harga jual kantong plastik, menurut dhiya, masyarakat akan berfikir ulang untuk menggunakan plastik, dan kebijakan ini diharapkan bisa membantu mengurangi sampah plastik. Berikut opini Dhiya arfin.
Tidak hanya itu saja, masih ada kejutan lainnya di tahun 2020 Periode kedua Presiden Joko Widodo. Kementerian perhubungan resmi memberlakukan tarif baru Ojeg online (ojol) di seluruh Indonesia. Berikut ini rinciannya.
Zona I (Sumatra, Jawa, Bali kecuali Jabodetabek): Rp1.850-2.300 per km dengan biaya minimal Rp7.000-10.000. Zona II (Jabodetabek): Rp2.000-2.500 per km dengan biaya minimal Rp8.000-10.000. Zona III (Kalimantan, Sulawesi, NTT, Maluku, dan lainnya): Rp2.100-2.600 dengan biaya minimal Rp7.000-10.000.
Sebagian warganet menolak, tetapi ada juga yang mendukung kebijakan pemerintah ini diantaranya komentar yang disampaikan melalui Fan page Facebook @siaran radio dakta. Pemilik akun @Zulfikar Lukman Hakim mengatakan, walaupun saya pengguna ojol, saya setuju kalau tarif nya dinaikkan. Kasian gak masuk di akal tarifnya untuk yang saat ini. Saya selalu ngasih tip buat driver ojol. Dengan kenaikan tarif ojol ini semoga bisa menyejahterakan kehidupan mereka. Komentar lainnya dari @rian_uchiha94 mengatakan, kalau tarif ojek online naik sih gpp bagus lah. Saya setuju.
Berbeda dengan zulfikar dan rian, Mahasiswi Institut Muhammadiyah Bekasi, Ayu justru tidak setuju jika tarif Ojeg online (Ojol) dinaikkan, karena dinilai memberatkan dirinya yang belum memiliki penghasilan. Berikut Komentar Ayu
FB @siaran radio dakta_Komentar Netizen, Kejutan Tahun 2020 Periode Ke 2 Jokowi
Bisa jadi seluruh kebijakan Pemerintah memiliki tujuan yang baik, namun apakah sudah tepat jika dilakukan saat ini? Mungkinkah dikaji kembali, sebelum diterapkan di masyarakat?
Kita tunggu saja tahun 2020 mendatang, semoga tidak membuat masyarakat Kecewa seperti lagunya BCL.
Editor | : | |
Sumber | : | Radio Dakta |
- Selamatkan WNI di Wuhan China
- Natuna Jadi Rebutan
- Banjir DKI Jakarta : Naturalisasi VS Normalisasi
- Ramai Ular Kobra, Warga Panik
- Lanjutkan Kartu Sehat Pak Wali
- Rezim Islamophobia (PAUD dicurigai)
- Penista Agama Penjarakan Segera
- Netizen Tolak Mentah-mentah Penerapan ERP di Kalimalang
- Toleransi atau Menggadaikan Aqidah?
- Radikalisme Bukan soal Pakaian, Tapi Cara Pikir
- Netizen: Bekasi-ku Kok Makin Ngeri?!
- Kisah Pilihan Rakyat, Kamu Wakilnya Siapa?
- Kisruh Si Pasal Karet (Pelindung Presiden) di RKUHP
- Daging Impor Diperkenankan Tak Halal di Negeri Mayoritas Muslim?
- Sekelumit Kisah KPAI vs PB Djarum
0 Comments