Nasional / Kesehatan /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 24/10/2019 16:36 WIB

Tugas Berat 100 Hari Pertama Menteri Kesehatan

Anggota Komisi IX DPR RI dari PKS Kurniasih Mufidayati
Anggota Komisi IX DPR RI dari PKS Kurniasih Mufidayati
JAKARTA, DAKTA.COM - Di tengah kontroversi pengangkatanya sebagai Menteri Kesehatan (Menkes) oleh Presiden Jokowi, Dr Terawan Agus Putranto, Sp.Rad(K) bakal menghadapi sejumlah tugas berat dalam 100 hari pertama masa jabatannya. Mulai dari Angka Kematian Ibu (AKI) yang tinggi, angka stunting hingga masalah iuran BPJS yang kian kompleks.
 
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera, Kurniasih Mufidayati mengungkapkan, ketiga tugas berat itu menunggu Menkes di depan mata.
 
“AKI masih tinggi, yaitu di angka 305 per 1000 kelahiran hidup. Dengan kata lain, angka kematian ibu pada saat melahirkan sekitar 30%,” papar Mufida di Jakrta, Kamis (24/10).
 
Saat ini, lanjut Mufida, Indonesia menempati posisi urutan kedua tertinggi setelah Kamboja (ASEAN Secretariat, 2018). Di negara-negara maju, berdasarkan data WHO, AKI rerata hanya di angka 12-14 per 100.000 kelahiran. Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara lain di ASEAN dan dunia.
 
“Karena itu, perlu kebijakan dan program yang komprehensif dari Menkes yang baru dilantik,” ujar Mufida.
 
Sementara itu, angka stunting juga menjadi PR besar bidang kesehatan di Indonesia. Mufida mengungkap, data UNICEF pada 2018, Prevalensi Stunting Balita Indonesia tertinggi ketiga di ASEAN, setelah Laos dan Timor Leste.
 
“Angka Stunting yang ditetapkan WHO adalah 20%. Sementara di Indonesia di angka 30,6% (2018), masih di bawah angka batas WHO,” jelasnya.
 
Tak kalah beratnya, tugas lain yang menghadang Terawan sebagai Menkes adalah masalah iuran BPJS yang makin kompleks. Sekitar 10,65 juta data peserta masih dalam masalah. Sementara mereka membutuhkan pelayanan kesehatan. Bukan masalah sederhana.
 
Karena itu, Mufida menambahkan, Kemenkes di bawah pimpinan Menkes baru, harus segera andil menyelesaikan akar masalah yang menyebabkan terjadinya defisit keuangan di BPJS.
 
“Basisnya Root Cause Analysis. Tingkat kepatuhan pembayaran iuran BPJS yang belum optimal, harus dicari penyebabnya. Mulai dari akar masalahnya diselesaikan. Menaikkan iuran bukan solusi terbaik dan bukan solusi satu-satunya,” tandas Mufida. **
Reporter :
Editor :
- Dilihat 1760 Kali
Berita Terkait

0 Comments