Program / Dakta Investigasi /
Follow daktacom Like Like
Ahad, 01/09/2019 12:54 WIB

Sejuta Sampah, Cermin Sungai Kita (Part 1)

Ilustrasi sampah plastik di lautan
Ilustrasi sampah plastik di lautan

DAKTA.COM - Sampah adalah suatu benda yang tidak digunakan lagi atau benda yang dibuang penggunanya. Akan tetapi, sampah seakan terus menjadi pembahasan yang tidak pernah berakhir di negara ini. Hal yang sering disepelekan justru merupakan masalah besar, karena baik-buruknya sebuah negara bisa dilihat dari pengelolaan sampah.

 

Banyak sekali orang yang ternyata masih terbiasa membuang sampah sembarangan, baik secara sadar maupun tidak sadar di sekitar rumah, tempat kerja, di tempat umum, bahkan di jalan raya. Kepedulian menjaga lingkungan ternyata masih sangat minim di banyak tempat.

 

Mengambil contoh, misalnya di berbagai tempat umum, seperti taman kota, tong sampah sudah banyak tersedia, sayangnya para pengunjung yang datang ke taman tersebut seringkali lupa untuk membuang bekas makan-minumnya bahkan sampai meninggalkan begitu saja sampah berserakan yang mayoritasnya adalah botol plastik dan plastik bekas bungkus makanan.

 

Tidak pelak, seringkali muncul anggapan dengan membuang sampah ke kali, sungai atau saluran air lainnya sebagai sebuah solusi karena sampah bisa hilang terseret arus air. Padahal, itulah petaka selanjutnya karena sampah yang bertumpuk dapat menyumbat saluran air. Pada akhirnya, sudah bisa ditebak, ketika musim hujan tiba, air akan mengalir tidak terkendali ke badan jalan dan menyebabkan banjir. Belum lagi, sampah yang bisa mengalir jauh sampai ke hilir, yaitu pantai dapat mencemari pantai beserta ekosistem laut di dalamnya.

 

Ikan vs Sampah, Siapakah yang Menang?

 

World Economic Forum pada 2016 menyatakan ada lebih dari 150 juta ton plastik di samudra planet ini. Padahal, seperti yang diketahui bahwa plastik bisa berumur ratusan tahun di lautan sampai menjadi partikel kecil. Ini berarti plastik akan terakumulasi di laut secara terus menerus.

 

Pada 2025, diperkirakan rasio plastik dibanding ikan di samudra menjadi 1:3. Plastik terus bertambah mungkin hingga 250 juta ton, sedangkan jumlah ikan terus menurun akibat penangkapan ilegal yang semakin gencar. 

 

Ibu Kota, Jakarta bahkan memproduksi sekitar 7.000 ton sampah setiap hari dengan rincian sebanyak 1.900 hingga 2.000 ton merupakan sampah plastik. Tidak berlebihan jika Provinsi DKI Jakarta mampu menempati posisi kedua sebagai daerah yang memproduksi sampah plastik terbesar.

 

Manajer Program Indonesia Diet Kantong Plastik Adithiyasanti Sofia, mengatakan Indonesia saat ini darurat sampah plastik. Menariknya, Dithi, sapaan akrabnya, menilai konsumen berhak menolak plastik belanjaan. Sementara itu, pemilik retail bisa menawarkan kantong daur ulang dengan desain menarik dan menawarkan reward kepada konsumen yang tidak menggunakan plastik.

 

Beberapa kota di Indonesia juga sudah memiliki dan menerapkan kebijakan untuk mengurangi sampah plastik, yakni Kota Banjarmasin, Kota Balikpapan, Kota Bogor, dan Kota Denpasar.

 

Bagaimana Dengan Bekasi?

 

Ingatkah dengan Kali Pisang Batu, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi yang sempat viral bahkan menjadi pemberitaan media nasional dan asing karena sampahnya?

Alat berat dikerahkan untuk mengangkut tumpukan sampah di Kali Pisang Batu pada Jumat (11/1/2019)

Kali Pisang Batu sempat dipenuhi sampah pada awal Januari 2019. Bahkan, menumpuk hingga sepanjang satu kilometer dengan volume diperkirakan 2.000 ton. Penumpukan itu menutupi semua badan kali dan membuat air tidak mengalir.

 

Pemandangan kumuh di Jalan Harapan Mulya, Desa Pahlawan Setia, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Rabu (31/7) menjadi saksi bisu bahwa Kali Pisang Batu penuh dengan busa mengumpul bak awan, aroma tidak sedap tercium hingga radius 300 meter dari kali. Kumpulan sampah juga terpantau mengendap, terutama pada sekat antara kali dan sawah yang tidak jauh dari Kali Pisang Batu.

 

Kepala Bidang Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Dodi Agus Supriyanto mengaku, memang tidak mudah menyelesaikan persoalan sampah ini, karena melibatkan beberapan pihak terkait, seperti sungai yang merupakan wewenang Dinas PUPR.

 

Dodi mengaku, pihaknya terus mencari solusi terbaik tidak sekadar angkut-buang. Apalagi, hasil survei di lapangan, menunjukkan banyak bangunan yang berdiri kokoh, tetapi belum diketahui legalitasnya.

 

“Bangunan liar itu menyulitkan alat berat untuk membersihkan sampah di lokasi. Sehingga, pengangkutannya menjadi sempit dan sulit dilalui,” ungkapnya.

 

Dodi berharap, ini bukan hanya pekerjaan rumah Dinas Lingkungan Hidup semata melainkan juga dari aparat setempat, seperti Lurah, Kepala Desa, atau Camat, serta warga juga turut dalam pembersihan berkala.

 

Pihaknya mengaku, hampir sebagian besar kali yang ada di Kabupaten Bekasi terdapat tumpukan-tumpukan sampah liar. Akan tetapi, ada beberapa Kepala Desa yang proaktif dalam mengingatkan untuk menjaga kebersihan lingkungannya.

 

Tumpukan sampah di Kali Busa, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi pada Selasa (30/7/2019)

Selain tumpukan sampah Kali Pisang Batu di Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sampah juga menghampar di Kali Busa, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, yang menyebabkan aliran sungai jadi terhambat, bahkan air kali tidak tampak karena banyaknya sampah yang menumpuk. 
 
Camat Babelan, Deni Mulyadi menyatakan, penanganan masalah sampah di Kali Bahagia atau Kali Busa sebenarnya sudah dirapatkan sebelum persoalan ini mencuat.
 
"Dari awal 2019 itu sudah dimonitor dan dipantau oleh beberapa instansi terkait. Hanya kendala kita untuk membersihkan kali, yaitu adanya beberapa bangunan liar," kata Deni saat dikonfirmasi Radio Dakta, Rabu (31/7).
 
Lantas, Siapakah yang Bertanggung Jawab Atas Persoalan sampah Ini?
 
Editor :
Sumber : Radio Dakta
- Dilihat 2360 Kali
Berita Terkait

0 Comments