Internasional /
Follow daktacom Like Like
Senin, 19/08/2019 12:58 WIB

Demo RUU Ekstradisi: Pembelaan Diri Kepolisian Hongkong

Para pengunjuk rasa di Hongkong pada Senin, 5 Agustus 2019 (CNN)
Para pengunjuk rasa di Hongkong pada Senin, 5 Agustus 2019 (CNN)
HONGKONG, DAKTA.COM – Pemicu utama aksi demonstrasi mulai terjadi pada bulan Juni 2019 karena adanya oposisi terhadap RUU ekstradisi yang saat ini ditangguhkan serta sejak diperluasnya hal itu untuk mencakup tuntutan para pengunjuk rasa di tengah meningkatnya kekerasan oleh kedua belah pihak (pemerintah dan masyarakat pengunjuk rasa). 
 
Sekarang, sudah lebih dari dua bulan dalam kerusuhan terburuk yang pernah dialami kota ini dalam beberapa dasawarsa, para perwira polisi senior Hongkong mengundang sekelompok jurnalis ke markas besar polisi di distrik Wan Chai, Hongkong.
 
“Jika mereka tidak menggunakan kekerasan, maka kami tidak membalas," ujar seorang perwira polisi senior Hongkong terhadap tuduhan yang diajukan oleh pengunjuk rasa yang marah karena pihak berwenang menggunakan kekuatan lebih untuk memadamkan aksi demonstrasi.
 
Para petugas kepolisian Hongkong membela diri, apa yang dilakukan mereka yang dicirikan sebagai tindak kekerasan, perilaku kriminal, dan menolak panggilan untuk investigasi independen, menunjuk ke sebuah organisasi yang disebut Dewan Pengaduan Polisi Independen yang ditugaskan untuk melakukan pekerjaan tersebut. 
 
Para petugas juga bersikeras, para polisi kota yang ditugaskan berjumlah sekitar 30.000 polisi berseragam telah mengendallikan situasi yang ada.
 
“Kami tidak dalam mobilisasi pasukan secara penuh, kami hanya memiliki sumber daya yang akan tetap terus berjalan," ujar seorang perwira senior kepolisian Hongong. Dengan alasan bahwa hanya sebagian kecil petugas kepolisian yang dikerahkan untuk menangani aksi demonstrasi tersebut.
 
 
“Hongkong tidak aman atau stabil. Para perusuh telah mendorong Hongkong ke titik tidak dapat kembali,” ujar Kepala Eksekutif Hongkong Carrie Lam kepada wartawan pada hari Selasa, 6 Agustus 2019, setelah pengunjuk rasa berhasil memaksa pembatalan ratusan penerbangan dari Bandara Internasional Hongkong.
 
Pada hari Rabu, 7 Agustus 2019, koresponden CNN Matt Rivers melihat pengangkut pasukan, pengangkut personel lapis baja, dan petugas berseragam Polisi Bersenjata yang dilengkapi dengan perisai anti peluru di sebuah stadion di Shenzhen, dekat perbatasan daratan Tiongkok dengan Hongkong.
 
Komandan polisi Hongkong berpendapat bahwa mereka memiliki serangkaian taktik untuk berhadapan dengan para pengunjuk rasa yang disebut sebagai “perusuh.”
 
Beberapa dari strategi tersebut dibuat berdasarkan aksi sebelumnya yang dilakukan para pengunjuk rasa yaitu “Menduduki Pusat” selama tiga bulan di pusat kota Hongkong pada tahun 2014.
 
Namun, para komandan polisi Hongkong mengakui bahwa reputasi polisi Hongkong – yang dijuluki sebagai “Asia’s Finest” – telah hancur. Tingkat pengunduran diri polisi juga telah meningkat selama dua bulan terakhir. Sementara itu, siklus konstan dari konfrontasi telah memakan korban pada pangkat dan data petugas.
 
Misi kepolisian Hongkong adalah menjaga hukum dan ketertiban, tetapi para petugas polisi mengatakan mereka tidak tahu kapan kerusuhan ini akan berakhir.
 
“ini adalah masalah politik. Masalah politik membutuhkan solusi politik untuk menyelesaikannya,” ujar salah seorang komandan polisi senior Hongkong. (Rizki Nur Aini).
Editor :
Sumber : CNN
- Dilihat 579 Kali
Berita Terkait

0 Comments