Masjid Baitul Muttaqin Tolikara Papua Dibakar Umat Islam Dilarang Marah
Shalat idul fitri di distrik Karubaga Tolikara, Papua, dinodai, pembakaran masjid Baitul Mutaqqin. Pembakaran masjid itu berlangsung, disaat umat Islam mengumandangkan takbir. Dalam kekhuskan itu, segerombolan orang yang diketahui berasal dari Gereja Injili di Indonesia (GIDI), datang ke lokasi tempat umat Islam sedang melaksanakan ibadah shalat idul Ifitri setelah satu bulan melaksanakan puasa.
Pembarakan masjid Baitul Muttaqin itu menyentakkan kita semua. Seperti biasanya, pemerintah dan kelompok yang mengakui sebagai pengusung liberalisme, pluralisme, serta ulama pecundang langsung membuat pernyataan. Contohnya, Wakil Presiden Yusuf Kallah langsung mengecam kalau penyebab pembakaran itu karena suara speker. Oleh karena itu banyak kalangan yang menafsirkan kalau pernyataan itu sebagai sikap yang menyudutkan pihak Islam dan tak menyalahkan peinyerang.
Tafsir masyarakat seperti itu tentu tak dapat dielakkan. Apalagi dalam berbgai pernyataan Yusuf Kalla, selalu menyebut bentrok bukan diserang. Padahal pengertian diserang dengan bentrok sangat jauh bedanya. Mungkin saja dengan mengungkapkan kata bentrok yang dipersalahkan bukan satu pihak tapi dua pihak.
Upaya meredan agar peristiwa yang menyakitan umat Islam itu tak tersebar terus diupayakan. Bahkan media mainstrim tak berselesa untuk memberitakannya. Itu seperti pameo yang mengatakan kalau masjid dibakar umat islam dilarang marah. Tapi kalau pendeta tergores wajib marah, jika perlu pers dunia diundang untuk memberitakan ada seorang pendeta yang tergores.
Ainun Najib seorang kolumnis pernah menulis. Kalau umat Islam dan Kristen bentrok, Kapolsek, Danramil, dan Ulama wajib menyahkan umat Islam. Jadi yang wajar kalau wakil Presiden wajib langsung menyahkan umat Islam saat terjadi pebakaran masjid Baitul Muttaqin di Tolikara, Papua.
Umat Islam kaffah, tak boleh dian atas pembakaran masjid Baitul Muttaqin. Kita harus minta pertanggungjawabab dari pemerintah untuk mengusut dan menangkap pelakunya. Jangan biarkan umat Islam terus ditekan.
Editor | : | |
Sumber | : | ulul albab |
- Potensi Covid-19 Klaster Industri di Bekasi
- Geliat Ekonomi Bekasi di Tengah Pandemi Covid-19
- Rintihan Pembelajaran Jarak Jauh di Masa Pandemi
- Masih Efektifkah Sistem Zonasi Covid-19 di Bekasi?
- Wabah Virus Corona, Haruskah Disyukuri?
- Bekasi Siapa Gubernurnya?
- Ancaman Transgender, Haruskah Kita Diam?
- Kenapa Bekasi Tenggelam?
- Nasib Bekasi : Gabung Jakarta Tenggara atau Bogor Raya?
- Air Bersih atau Air Kotor?
- Agustus Bulan Merdeka Bagi Sebagian Rakyat Indonesia (1)
- Refleksi Emas Kampung Buni di Tengah Gelar Kota Industri
- Apa Kata Netizen: Catatan Mudik 2019 Si Obat Rindu Masyarakat +62
- Diksi Kafir dalam Polemik
- Ironis, Kasus Nuril Tunjukkan Kebobrokan Hukum
0 Comments