Rabu, 03/07/2019 13:21 WIB
Kemarau Turunkan Produksi Beras dan Kenaikan Harga Pangan
JAKARTA, DAKTA.COM - Musim kemarau berpotensi menurunkan produksi beras, terlebih lahan pertanian di sejumlah daerah mengalami kekeringan dan terancam puso.
Ekonom Indef Rusli Abdullah mengatakan, musim kemarau berdampak pada menurunnya produksi pangan di sejumlah daerah sehingga dikhawatirkan mengakibatkan harga pangan seperti beras melambung tinggi. Untuk itu, pemerintah perlu melakukan sejumlah langkah antisipasi untuk menjaga ketersediaan pangan.
"Antisipasi bulan Agustus (harga) beras akan naik karena dampak kekeringan, terutama di Jawa bagian selatan," kata Rusli.
Berdasarkan data InaRisk dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), risiko kekeringan di Indonesia mencapai 11,77 juta hektare tiap tahunnya dan berpotensi menimpa 28 provinsi. Oleh karena itu, pemerintah perlu memantau daerah mana saja yang terdampak kekeringan dan menjaga pasokan pangan di daerah tersebut dengan menggunakan stok beras dari Bulog.
"Beras Bulog itu juga banyak melimpah dan bisa diupayakan dan disalurkan ke daerah yang terkena kekeringan," ujarnya.
Sementara, Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan, potensi turunnya produksi beras bukan hanya karena adanya musim kemarau, tetapi juga lantaran bergesernya musim tanam.
Menurut Dwi, telah terjadi pergeseran musim panen, terutama di wilayah Jawa dan Sumatra. Selain itu, musim tanam pertama tahun ini mundur pada bulan April sehingga musim panen raya diperkirakan terjadi pada Agustus atau bertepatan puncak kemarau.
"Untuk itu, hampir saya pastikan produksi beras atau padi secara nasional lebih rendah dibandingkan tahun lalu," kata dia.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi tahun lalu sebanyak 32,5 juta ton setara beras. Adapun, Kementerian Pertanian menargetkan produksi padi sepanjang 2019 mencapai 84 juta ton atau setara 49 juta ton beras.
Seluas belasan ribu hektare lahan pertanian di Provinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu lumbung pangan nasional mengalami kekeringan. Potensi gagal panen pun semakin besar akibat kerusakan irigasi memperluas potensi gagal panen lahan.
Berdasarkan data Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar per 28 Juni 2019, seluas 12.048 hektare lahan telah mengalami dampak dengan klasifikasi rusak ringan, sedang, besar, hingga puso. **
Editor | : | |
Sumber | : | Republika |
- Pangan Sehat dan Terjangkau, Memang Bisa?
- Serangan Iran ke Israel Bisa Akibatkan Inflasi di Indonesia
- Aturan Pembatasan Impor Berpotensi Lemahkan Daya Saing Produk Dalam Negeri
- Lebih Hemat, Water Kingdom Mekarsari Tawarkan Tiket Presale bagi Pengunjung
- 15 Tahun Berkiprah di Bidang Jasa Konstruksi, ASLI IPO di Awal 2024
- Gas Terus, Penerimaan PAD Kota Bekasi Tembus 87 Persen
- Hapimart Buka Cabang Baru di Grand Mal Bekasi
- Lippo Cikarang Cosmopolis Tawarkan Diskon Besar, Rumah Tapak Hanya Rp289 Juta
- Pentingnya Strategi Pelonggaran Ekspor Nikel Mentah Secara Bertahap
- Pentingnya Wujudkan Sistem Pertanian Pangan Berkelanjutan di Indonesia
- Summarecon Expo 2023 Hadirkan Produk Properti Unggulan
- Viola Residence Jadi Senjata Andalan Summarecon Crown Gading
- Launching Crystal Boulevard Signature Commercial Summarecon Bekasi Berjalan Sukses
- Crystal Boulevard Signature Commercial, Kawasan Terdepan di Summarecon Bekasi
- Komitmen Gelar Program SIAP SEHAT, KB Bukopin Bekasi Peduli Kesehatan Nasabah Pensiunan
0 Comments