Menjadi Dermawan Ternyata Menyehatkan Otak
JAKARTA, DAKTA.COM - Berbagai musibah yang melanda belakangan ini mendorong sejumlah pihak untuk lebih giat mendermakan sebagian hartanya. Tindakan mulia itu ternyata tidak hanya bermanfaat bagi pemulihan para korban, tetapi juga diri penderma.
Pakar neurosains Profesor Taruna Ikrar menjelaskan, seseorang yang menolong orang lain biasanya akan berbahagia lantaran melihat dirinya bermakna di tengah komunitas. Dalam perspektif sains, semua perasaan yang dialami manusia merupakan hasil reaksi kimia yang bekerja di dalam tubuh. Reaksi kimiawi yang dimaksud bertanggung jawab mengendalikan semua aspek emosi, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Perasaan positif seperti kebahagiaan ditentukan oleh neurotransmitter atau pun konsentrasi dan regulasi macam-macam hormon, semisal oksitosin, endorfin, atau serotonin. Oksitosin dinamakan pula sebagai esensi empati (essence of empathy) karena mampu memengaruhi setiap aspek kehidupan. Sementara itu, hormon endorfin berfungsi mengubah rasa sakit menjadi kegembiraan. Adapun serotonin bertanggung jawab memicu emosi bahagia dan ramah serta mencegah depresi.
Taruna Ikrar mengungkapkan, perasaan bermakna (meaningful) terjadi ketika jumlah konsentrasi hormon oksitosin, endorfin, serotonin, epinephrine, dan dopamin terpacu di otak seseorang, khususnya pada bagian belakang (posterior) kelenjar pituitary.
“Tentu saja dengan peningkatan neurotransmitters dan hormon tersebut akan berdampak positif bagi kesehatan dan kemampuan fungsi otak. Kinerja otak pun menjadi lebih harmonis karena hanya berfokus pada hal-hal positif yang diciptakan hormon-hormon yang timbul dari aktivitas berbagi,” kata Taruna Ikrar, Sabtu (25/8). Kondisi ini mirip saat seseorang sedang mendengarkan lagu kesukaan atau bertemu kekasih tercinta.
Pada setiap bagian otak, terdapat jutaan neuron yang saling terhubung lewat sinapsis. Ilmuwan kelahiran Makassar, Sulawesi Selatan, itu menegaskan, aktivitas-berbagi sangat bermanfaat bagi kesehatan otak karena mampu menciptakan harmoni antar-sinapsis itu. Sinaps menjadi lebih terbentuk sehingga otak bertumbuh lebih baik.
“Sarana berbagi itu dapat berupa banyak hal, tidak hanya terkait dengan materi. Berbagi ilmu, berbagi pengalaman, bahkan berbagi senyuman pun memiliki dampak emosi seperti yang dihasilkan saat kita berderma,” ujarnya.
Editor | : | Dakta Administrator |
Sumber | : | Republika Online |
- Gunungan Sampah di Bendungan Koja Kembali Dibersihkan
- Desa Setia Asih Ajak Warga Jadi Nasabah Bank Sampah
- DLH Jabar Kekurangan Petugas Pengawas Lingkungan Hidup
- Kali CBL Darurat Limbah!
- Petani Merugi Akibat Sungai dan Laut Tercemar
- DLH DKI Jakarta: Galakkan Edukasi Budaya Bersih
- Overload, Pasar Induk Cibitung Butuh Penambahan TPS
- Angin Puting Beliung Terjang Indramayu
- Separah Apa Banjir Sulawesi Selatan? Ini Proyeksi Lapan
- Pembuang Sampah Sembarangan Perlu Ditindak Melalui Perda
- Pengawasan Limbah Perlu Koordinasi dengan Pemerintah Pusat
- Bencana Sulsel Sebabkan 3.321 orang Mengungsi, 18 Tewas
- Banjir Landa 53 Kecamatan di Sulsel, Delapan Orang Tewas
- TPST Bantar Gebang Diprediksi Penuh Tahun 2021
- DLH Siagakan Petugas Kebersihan di Kali Pisang Batu
0 Comments