Senin, 16/03/2015 10:47 WIB
Produksi Sampah di DKI 6.500 ton Perhari
JAKARTA_DAKTACOM: Sebagian dari Anda mungkin sering melihat di sekitar ada tempat sampah bertuliskan Organik dan Non Organik. Tapi Anda yakin telah memilahnya dengan benar. Karena sebagian orang menganggap semua sampah sama, saat ini Dinas Kebersihan DKI Jakarta mengklaim sampah di DKI Jakarta mencapai 6.000-6.500 ton per hari. Mengerikan, bukan?
Menanggapi hal tersebut, Head of Green Comitte Nutrifood sekaligus Head of Marketing Division, Angelique Dewi Permatasari berbagi informasi seputar aspek-aspek yang berhubungan dengan kesehatan lingkungan termasuk cara memilah sampah yang benar.
"Rata-rata orang menghasilkan sampah 600 gram per hari. 55 persen sampah organik, 15 persen sampah kertas, 15 persen plastik, sisanya kayu, baterai dan lain-lain. Kalau kita bisa memilahnya dengan baik, setidaknya kita bisa mengurangi sampah hingga 80 persen,"
Untuk mengetahui sampah mana yang bisa diolah kembali atau organik dan yang tidak bisa diolah kembali atau non-organik, ada cara mudah. Pertama, pilah sampah mulai dari yang terurai semisal kulit pisang, dedaunan, kemudian kertas, plastik, botol plastik hingga yang paling sulit terurai yaitu styrofoam. Setelah itu pisahkan sampah organik dan non-organik.
"Kulit pisang, dedaunan dan sampah organik lainnya mudah terurai oleh media tanah. Tapi kalau plastik, butuh waktu 2-5 tahun untuk bisa terurai. Sedangkan botol plastik yang memiliki polimer tebal membutuhkan waktu hingga puluhan tahun. Dan yang paling parah, styrofoam yang baru terurai 500 tahun," jelasnya.
Lantas, apa yang harus dilakukan? menurut Anglique, untuk mengurangi sampah, kita bisa mengkompos sampah organik kita sendiri. Sedangkan sampah non organik seperti plastik dapat diberikan kepada pemulung untuk diolah kembali. Dan yang paling penting adalah perubahan pola pikir.
"Kurangnya sosialisasi pemilahan sampah membuat masyarakat sering keliru. Biasanya sampah yang sudah dipilah organik atau non organik ketika diberikan kepada tukang sampah disatukan kembali. Ini juga salah satu kendala. Pola pikir kita masih belum banyak berubah seperti negara maju," tukasnya.
Editor: Ayu Yunita
Editor | : | |
Sumber | : | Liputan6.com |
- Hari Karantina ke-147, Barantin Terus Tingkatkan Perlindungan Keanekaragaman Hayati
- Aksi Tanam Sejuta Pohon Penyuluh Agama Kemenag Kabupaten Bekasi
- Petualangan Menegangkan: Menaklukkan Track Terjal Menuju Curug
- Inovasi Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Bekasi; Pemanfaatan Ulang Sampah (Puasa) dengan Pembangunan Sorting Centre Dan Eco System Advance Recycling (So CESAR)
- Produsen Kemasan Daur Ulang FajarPaper Ikut Serta Dalam Festival Peduli Sampah Nasional 2023
- HUT BSIP, Plt. Wali Kota Bekasi Gelorakan Semangat Menjaga Lingkungan Sehat
- Program Ketahanan Pangan Mengorbankan Lingkungan dan Petani
- Ridwan Kamil Akan Bangun Jalur Khusus Truk Tambang Akhir Tahun Ini
- Kendalikan Pencemaran Udara, DKI Gandeng Tangsel dan Bekasi untuk Uji Emisi
- Mikroplastik di Muara Sungai Menuju Teluk Jakarta Alami Peningkatan Semasa Pandemi
- Waspada, Cuaca Panas Ekstrem Bisa Sebabkan Risiko Kesehatan yang Cukup Mengkhawatirkan
- PP Pelindungan ABK Diterbitkan, ABK Penggugat Presiden: “Perjuangan Belum Berakhir!”
- Greenpeace Kritik Pemerintah Bungkam soal Kualitas Udara DKI Terburuk
- Keindahan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
- Warga Keluhkan Ada Polusi Udara, Kepala KSOP Marunda: Udara Tercemar Bukan dari Pelabuhan
0 Comments