Nasional / Sosial /
Follow daktacom Like Like
Senin, 16/03/2015 10:51 WIB

Peternak Sapi Australia Bantu Warga Miskin di Kamboja

AUSTRALIA_DAKTACOM: Andrew "Cosi" Costello selalu ingin punya peternakan, tapi ia merasa hal itu tak akan terjadi di Australia Selatan. Ia pun lantas membeli lahan peternakan di Kamboja dan membantu warga di sana.
 
"Saya tak pernah mampu melakukannya [di sini], jadi saya pikir, saya beli saja di Kamboja," ungkapnya.
 
Lahan yang ia beli di negara Asia Tenggara itu dua tahun lalu, sekarang, menjadi tempat untuk amal, di bawah bendera ‘Sapi untuk Kamboja &rsquo atau ‘Cows for Cambodia & rsquo. Badan amal ini meminjamkan sapi yang sedang hamil kepada para keluarga tak mampu di Kamboja, dan keluarga itu mengembalikan sapi yang telah melahirkan, dan memelihara bayi sapi yang baru lahir.
 
"Untuk memberi sedikit gambaran, satu sapi membuat saya merogoh kocek 700 dolar (sekitar Rp 7 juta), rumah mereka seharga 200 dolar (sekitar Rp 2 juta). Ini adalah hal yang benar-benar besar bagi mereka,” jelas Cosi.
 
"Begitu mereka memiliki bayi sapi, secara instan, siklus kemiskinan di keluarga itu hilang," tambahnya.
 
Dampak rezim Pol Pot di akhir abad ke-20 berarti bahwa lebih dari 20% warga Kamboja hidup di bawah garis kemiskinan, angka yang meningkat di daerah pedesaan.
 
Untuk perjalanan ke Kamboja berikutnya, Cosi telah mengajak teman lamanya dari kampus, Matt Jackson. Matt dan istrinya, Sally, memiliki peternakan Rowena yang terletak di New South Wales. Ini akan menjadi perjalanan pertama Matt ke Kamboja.
 
"Mereka tak memiliki tingkat pembuahan yang sangat baik di sana, jadi kami hanya akan pergi ke sana untuk melihat-lihat, membawa dokter hewan untuk memeriksa sapi-sapi itu," utara Matt.
 
Ia menambahkan, "Juga untuk membangun pekarangan, karena mereka tak memiliki fasilitas apapun di sana untuk perawatan hewan atau semacamnya, jadi kami hanya akan pergi ke sana, [dan] menempatkan mereka bersama-sama."
 
Cosi memiliki satu kontainer penuh peralatan ternak yang dikirim ke Kamboja dari China untuk Matt, guna membantu temannya itu membangun pekarangan dan fasilitas lain.
 
Mereka berharap, dengan adanya halaman untuk menjaga sapi dan banteng bersama-sama, sapi akan memiliki tingkat kehamilan yang lebih baik. Ini adalah kondisi yang lebih baik ketimbang situasi saat ini, di mana petani Kamboja harus membayar untuk meninggalkan sapinya dengan banteng selama satu hari, seringkali tanpa mengetahui apakah sapi itu kepanasan.
 
"Tak seperti kebanyakan lembaga amal yang konsisten membutuhkan pendapatan, kami cukup beruntung karena ketika kami mendapatkan lebih banyak sapi, sapi itupun menjadi aset,” kemuka Cosi.
 
"Ketika lembaga ini asetnya bertambah maka kami terus membantu semakin banyak keluarga. Sejauh ini telah berhasil, kami punya 41 keluarga dalam program yang kami sangat banggakan ini," sambungnya.
 
Editor: Ayu Yunita
 
Editor :
Sumber : detikcom
- Dilihat 2200 Kali
Berita Terkait

0 Comments