Kamis, 18/01/2018 06:15 WIB
Pelaku Usaha Harus Peka Soal Modal Tak Berwujud
JAKARTA_DAKTACOM: Pelaku usaha lokal perlu meningkatkan kepekaan terhadap pengembangan modal tak berwujud atau intangible capital, sebagai faktor pendukung memenangkan kompetisi.
Cita Citrawinda, Ketua Asosiasi Konsultan Kekayaan Intelektual (AKHKI), mengatakan mendorong eksistensi hak kekayaan intelektual (HKI) menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam mendorong persaingan usaha.
"Sayangnya, pelaku usaha kita belum sampai di situ. Sekarang perlu didorong, semua pelaku usaha harus lebih peka dalam melihat kegunaan HKI," tuturnya, Rabu (17/1).
Terkait dengan modal tak berwujud, belum lama ini, World Intellectual Property Organization (WIPO), merilis World Intellectual Property Report 2017.
Dalam WIPR 2017 bertajuk Intangible Capital in Global Value Chains, ditemukan juga bahwa nilai riil yang dihasilkan dari intangibles asset mencapai US$5,9 triliun pada 2014 atau meningkat 75% dibandingkan dengan nilai pendapatan pada 2000.
Kajian modal tak berwujud, seperti merek, desain, dan inovasi teknologi, menyumbang rata-rata 30% dari total nilai produk manufaktur.
Cita menambahkan pengertian mengenai HKI tidak hanya sebatas pengelolaan merek sebuah produk, tetapi juga bicara paten, desain industri dan lainnya. Pihaknya khawatir dengan minimnya kesadaran mengenai HKI, pasar nasional hanya semakin dinikmati oleh produk asing.
"Kalau produk luar yang mahal mudah masuk, dan kita menjadi konsumennya. Sementara produk kita mau keluar, susah sekali, di dalam negeri pun sulit untuk menang," katanya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal WIPO Francis Gurry mengatakan modal tak berwujud akan semakin menentukan nasib dan keberuntungan perusahaan dalam rantai pasok global. Menurutnya, daya tarik umum, tampilan dan fungsi sebuah produk akan menentukan kesuksesan di pasar.
“Kekayaan intelektual pada akhirnya menjadi cara bagi perusahaan untuk mengamankan keunggulan kompetitif yang mengalir bagi mereka,” tuturnya.
Dalam kajian tersebut, disebutkan bahwa kontribusi modal tak berwujud, mengalahkan besaran modal yang dikucurkan perusahaan untuk investasi bangunan dan permesinan.
Misalnya saja, hasil kajian mengenai produk telepon pintar milik Apple dan Samsung, yang mendominasi pasar high-end dengan harga di atas US$400 per unitnya. Untuk segmen ini, Samsung dan Apple masing-masing memiliki pangsa pasar sebesar 57% dan 25%.
Apple yang menjual iPhone 7 dengan nilai US$810 setidaknya mengambil 42% dari nilai penjualan unit yang dialokasikan untuk mengganti modal tak berwujud yang dikeluarkan perusahaan. Sementara itu, Samsung mengambil 34% harga produk untuk modal tak terwujud.
Pada segmen ini, intangible asset yang penting mencakup teknologi, desain perangkat keras, dan perangkat lunak dan pemasaran.
Editor | : | |
Sumber | : | bisnis.com |
- PT Naffar Perdana Wisata Ajak Semua Travel Umroh Untuk Kerjasama Raih Keberkahan Memuliakan Tamu Allah
- LippoLand Perkuat Posisi dengan Visi, Misi, dan Logo Baru Sambut Pertumbuhan Industri Properti
- Specta Color Zumba Bersama Liza Natalia di WaterBoom Lippo Cikarang
- BPR Syariah HIK Parahyangan Raih Penghargaan Infobank Sharia Award 2024
- RUPSLB PT Lippo Cikarang Tbk Setujui Rights Issue 3 Miliar Saham untuk Pengembangan Bisnis
- CIMB Niaga Suryacipta Dipimpin Banker Muda Inspiratif Krisfian A. Hutomo
- Kurniasih Dukung Upaya Kemenaker Agar Tidak Ada PHK di Sritex
- Anggota IKAPEKSI INDONESIA Desak Penyelesaian Konflik dan Langkah Hukum terhadap Pelanggar
- LPCK Berkomitmen Menciptakan Lingkungan Asri dan Harmonis
- LPCK Terus Berinovasi Sambut Pertumbuhan Pasar Properti
- IKAPEKSI Gelar Munaslub, Pranyoto Widodo Terpilih Sebagai Ketua DPP Periode 2024-2029
- POJK Merger BPR/S, Ini Kata Ketua Umum DPP Perbarindo Tedy Alamsyah
- Perbarindo DKI Jakarta dan Sekitarnya Gelar Rakerda. Bahas Merger BPR/S
- Peserta Tunggak Iuran, BPJS Kesehatan Cabang Bekasi Dorong Manfaatkan Program Rehab
- Bank Syariah Artha Madani Raih 2 Penghargaan Tata Kelola di GRC Awards 2024
0 Comments