Pilkada Serentak /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 02/11/2017 10:45 WIB

Riset: Generasi Milenial Ikut Pantau Khofifah dan Gus Ipul di Jatim

generasi milenial Indonesia
generasi milenial Indonesia
SURABAYA_DAKTACOM: Generasi milenial rupanya sudah mulai aktif terlibat secara tidak langsung dalam gelaran pemilihan kepala daerah serentak 2018. Di ajang Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018, para milenial ini turut memantau rekam jejak para bakal calon gubernur.
 
Melalui media sosial, mereka memonitor perkembangan tiga nama yang disebut-sebut bakal melenggang dalam Pilgub Jatim 2018. Ketiga nama itu, yakni Khofifah Indar Parawansa, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul, serta La Nyalla Mattalitti.
 
Hal itu terungkap dari hasil survei IT-Riset Politic Consultant (iPol) Indonesia yang dipublikasikan, Rabu (1/11). Dari hasil statistik yang dikeluarkan iPol, bonus demografi generasi milenial Jawa Timur mencapai 43,97 persen dari total penduduk yang mencapai 38,85 juta jiwa.
 
"Artinya ada sekitar 17,1 juta adalah usia produktif yang masuk kategori pemilih rasional," tutur CEO iPol, Petrus Hariyanto di Surabaya, Jawa Timur.
 
Petrus menjelaskan, selama tiga bulan terakhir mulai tanggal 1 Agustus hingga 31 Oktober 2017, pihaknya melakukan simulasi tiga bakal calon gubernur, yakni Khofifah, Gus Ipul, dan La Nyalla. Hasilnya terdapat 29.806 postingan tentang Khofifah, disusul Gus Ipul sebanyak 16.151 postingan, dan La Nyalla 4.413 postingan.
 
"Dari data tersebut, jumlah posting terbanyak yang membicarakan Pilgub Jatim adalah warganet yang berumur 18-35 tahun. Sosok Gus Ipul dibicarakan sebanyak 51,3 persen, Khofifah 50,5 persen, dan La Nyalla 55,9 persen," ucap Petrus.
 
Petrus mengatakan, saat ini di Jawa Timur terdapat sekitar 13 juta pengguna facebook dan rentan usia yang paling aktif berselancar adalah usia 18-35 tahun. Generasi Y ini aktif memantau informasi akun facebook dan membicarakan kandidat Pilgub Jawa Timur secara intens, serta membandingkan apa saja yang dilakukan para kandidat termasuk rekam jejaknya.
 
"Rekam jejak menjadi kata kunci kandidat. Jadi jangan harap para pemilih milenial ini akan terpesona dengan janji manis yang ditawarkan. Sebab sebagai pemilih rasional, kaum milenial lebih cerdas dalam menentukan pilihan," katanya.
 
Sebagai pemilih rasional, kata Petrus, kelompok milenial cederung lebih cerdas dengan melakukan analisa berdasarkan pertimbangan komentar publik.
 
"Mereka bersosialisasi secara word of mouth atau getok tular. Dalam bersosialisasi membahas Pilgub, mereka cenderung kritis terhadap kandidat, dan langsung menganalisa rekam jejak kandidat. Menariknya, semua dilakukan lewat akses mobile internet," ujarnya.
 
Menurutnya, sebutan milenial merujuk pada individu yang lahir pada tahun 1981-1994 yang masuk dalam kategori pemilih rasional.
 
Dengan jumlah sebanyak itu, pemilih milenial lebih percaya User Generated Content (UGC). Mereka tidak akan mudah terpengaruh dengan propaganda timses yang dipublikasikan.
 
"Artinya, konten yang dipublikasikan oleh timses ataupun relawan kandidat melalui media massa tidak serta merta mempengaruhi keputusan pemilih," kata Petrus.
 
Petrus menyampaikan, generasi milenial menjadi kunci jika para kandidat mampu mengambil hati generasi Y. Hal itu tentu sangat menguntungkan para bakal calon.
 
"Secara umum, dengan jumlah yang signifikan ini, generasi ini akan menjadi target kampanye para kandidat dalam menyampaikan pesan," ucapnya.
 
Petrus menegaskan, pemilih milenial sebagai motor viral informasi adalah kunci kemenangan bagi para kandidat di Pilgub Jatim 2018. Syaratnya, para bakal calon harus memiliki cara khusus untuk mengelola isu.
 
Petrus memaparkan, untuk konteks mengambil hati pemilih milenial, apabila kandidat berusia tua, maka idealnya harus mampu merepresentasikan diri agar diterima di kalangan milenial. 
Editor :
Sumber : CNN Indonesia
- Dilihat 951 Kali
Berita Terkait

0 Comments