Nasional / Sosial /
Follow daktacom Like Like
Kamis, 19/10/2017 11:30 WIB

Konferensi Internasional dan Multaqa Alumni Al-Azhar Berlangsung di Mataram

Menag Lukman buka Konferensi Internasional dan Multaqa Alumni Al Azhar IV
Menag Lukman buka Konferensi Internasional dan Multaqa Alumni Al Azhar IV
MATARAM_DAKTACOM: Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin membuka Konferensi Internasional dan Multaqa Alumni Al-Azhar IV di Mataram, Nusa Tenggara Barat. Konferensi Internasional ini mengangkat tema “Moderasi Islam: Dimensi dan Orientasi”. Tampak hadir, mantan Menteri Agama Quraish Shihab dan sejumlah ulama alumni Al Azhar dari Indonesia dan negara lainya.
 
“Atas nama pribadi dan Pemerintah Indonesia, saya memberikan apresiasi dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada institusi Al-Azhar al-Syarif di Mesir, para ulama dan alumninya yang selalu konsisten dalam mengembangkan kehidupan dan dakwah keagamaan yang moderat dan toleran, di mana pun mereka berada,” terang Menag Lukman di Mataram, Kamis (19/10). 
 
Menurutnya, Al-Azhar Mesir adalah salah satu lembaga keagamaan, pendidikan, sosial dan dakwah Islam tertua yang telah berperan aktif dalam memberikan kontribusi sepanjang sejarah peradaban Islam. Dalam kurun waktu lebih dari seribu tahun, sejak didirikan pertama kali oleh Jauhar al-Shiqili pada tahun 361 H/ 975 M saat Dinasti Fathimiah berkuasa, Al-Azhar selalu berada di garda terdepan dalam mendidik umat dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran, bukan hanya di Mesir, tetapi juga di seluruh dunia. 
 
“Tidak berlebihan jika Al-Azhar disebut sebagai benteng moderasi Islam,” tegas Menag.
 
“Keberadaan ulama-ulama besar yang mendedikasikan ilmunya dengan ikhlas dan tradisi keilmuan Islam yang kuat dan bercirikan moderat menjadi daya tarik tersendiri bagi Al-Azhar, sehingga ribuan pelajar dari berbagai penjuru dunia datang menimba ilmu di sana, tidak terkecuali Indonesia,” lanjutnya.
 
Menag menyebut Al Azhar sebagai salah satu bentuk keberhasilan universitas dalam menghimpun para pelajar dari berbagai penjuru dunia, sekaligus menampung dan menghimpun berbagai tradisi keilmuan, mazhab dan aliran pemikiran, tanpa ada fanatisme berlebihan. 
 
“Semua tumbuh dan berkembang di tangan para ulamanya,” tutur Menag.
 
“Al-Azhar juga menghimpun antara semangat mempersatukan umat dengan upaya memelihara keragaman pandangan keagamaan,” lanjutnya.
 
Menag berharap dari Konferensi dan Multaqa ini akan lahir banyak gagasan yang mendukung terciptanya harmoni dan kerukunan dalam kehidupan beragama di Indonesia.
 
Sekjen Organisasi Internsional Alumni Al-Azhar Mesir Cabang Indonesia Muchlis M Hanafi dalam rilisnya menyebut bahwa konferensi internasional ini dilatarbelakangi kesadaran akan adanya tantangan serius yang dihadapi oleh umat Islam dewasa ini, baik secara internal maupun eksternal. 
 
Secara internal, umat Islam masih berada dalam keterbelakangan pendidikan, ekonomi, dan politik.  Secara eksternal, banyak pihak yang salah paham terhadap Islam, disebabkan tindakan sebagian umat Islam yang keliru memahami beberapa aspek ajaran Islam, di samping minimnya pemahaman pihak lain tersebut terhadap substansi ajaran Islam. 
 
“Beberapa tuduhan juga muncul dari kalangan non-Islam dan di luar dunia Islam bahwa Islam mendorong terorisme, memapankan keterbelakangan, anti kemajuan, menzalimi wanita, dan sebagainya. Tuduhan-tuduhan semacam inilah yang memunculkan fenomena “Islamophobia” utamanya di dunia Barat,” ujarnya. 
 
“Fenomena fobia-Islam ini dalam beberapa hal dipicu kesalahpahaman pihak lain dalam memahami Islam, di samping akibat pemahaman yang keliru terhadap ajaran Islam dari sebagian kaum Muslim sehingga memunculkan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan ajaran luhur Islam,” lanjutnya.
 
Untuk itu, lanjut Muchlis, diperlukan upaya yang lebih signifikan, konkret, dan masif untuk mengetengahkan Islam yang benar dan moderat sesuai dengan metode yang dikembangkan Al-Azhar dalam memahami sumber-sumber ajaran Islam. Toleransi dan moderasi adalah nilai inti dan dasar dari ajaran Islam. “Nilai ini perlu dikembangkan untuk mengatasi beberapa persoalan umat, seperti gejala radikalisme keagamaan, takfir, ekstrimisme, dan sebagainya. Hanya dengan mengedepankan toleransi dan moderasi Islam ini, perdamaian dunia akan tercapai,” tandasnya.
 
Konferensi Internasional dan Multaqa Alumni Al Azhar ini diikuti 478 peserta. Multaqa Nasional Alumni berlangsung sehari sebelumnya, Rabu (18/10),  dan membahas berbagai persoalan keorganisasian dan persoalan dakwah kegamaan. Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan akan menutup konferensi internasional ini pada sore nanti.
 
Editor :
Sumber : kemenag.go.id
- Dilihat 1608 Kali
Berita Terkait

0 Comments