Nasional / Politik dan Pemerintahan /
Follow daktacom Like Like
Selasa, 29/08/2017 15:00 WIB

Komisi I: Stop kejahatan Kemanusiaan di Rohingya

abdul kharis Wakil Ketua Komisi X
abdul kharis Wakil Ketua Komisi X
JAKARTA_DAKTACOM: Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Almahsyari mengutuk kejahatan kemanusiaan yang kembali terjadi terhadap warga muslim di Rohingya. 
 
"Krisis ini aib bagi para tokoh dan negara-negara yang gemar berceramah tentang hak asasi manusia. Menguji apakah kita sungguh-sungguh memperjuangkan kesetaraan dan persaudaraan manusia," tegas Kharis sebagai Ketua Komisi 1 DPR RI.
 
Yang memprihatinkan, Kharis melihat respon dari negara-negara tetangga, termasu negara-negara ASEAN maupun negara-negara mayoritas Muslim, yang seperti sedang melakukan pingpong maritim dengan tujuan mencegah para pengungsi mendarat dan didorong ke negara lain.
 
"Kita mengapresiasi para nelayan Aceh yang kerap memandu para pengungsi ke pantai. Begitupula lembaga-lembaga kemanusiaan yang merespon peristiwa ini dengan cepat. Sebagian bahkan sudah terlibat dalam membantu pengungsi Rohingya jauh sebelum peristiwa terakhir ini," terang Kharis.
 
Kharis juga mempertanyakan sikap Aung San Suu Kyi, sang peraih Nobel Perdamaian yang justru tidak bereaksi terhadap peristiwa berdarah ini.
 
"Kita harus mengetuk hati Negara-negara dunia, karena telah terbuka krisis memperlihatkan rombongan manusia yang kurus kering dan penuh luka berdempetan di kapal-kapal yang dapat karam sewaktu-waktu. Rombongan pengungsi Rohingya tidak boleh diidentifikasi sebagai beban dan ancaman," jelas Anggota Fraksi PKS DPR RI ini.
 
Persekusi terhadap orang-orang Rohingya di Myanmar telah dimulai sejak lama. Tahun 1950-an sampai 1960-an, etnis Rohingya diakui sebagai bagian dari Myanmar.
 
Pada tahun 1970-an pemerintah melakukan berbagai operasi militer dan berbagai mekanisme diskriminatif untuk membatasi mobilitas dan pertumbuhan orang-orang Rohingya. Akan tetapi, pada tahun 1982 rezim militer mengeluarkan orang-orang Rohingya dari kategori warga negara. Sejak saat itu, represi yang dilakukan oleh negara semakin keras.
Reporter :
Editor :
- Dilihat 1100 Kali
Berita Terkait

0 Comments