Jum'at, 11/08/2017 16:00 WIB
Haedar: Nasionalisme Bukanlah Doktrin Mati Sebatas Slogan Cinta Tanah Air
YOGYAKARTA_DAKTACOM: Muhammadiyah adalah organisasi islam yang turut serta membangun fondasi negara Indonesia. Sebelum dan sesudah merdeka, Muhammadiyah dan umat islam merupakan bagian integral dari bangsa yang telah berkiprah membangun Indonesia.
Hal tersebut seperti disampaikan Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah, sebagaimana dilansir pada Kamis (10/8).
“Kita sejak dulu sudah berkontribusi untuk negara ini. Misalnya salah seorang tokoh Muhammadiyah, Ki Bagoes Hadikoesoemo, berperan dalam perubahan bunyi sila pertama Pancasila. Sebagai seseorang, ia tidak menginginkan NKRI menjadi negara bersyariat Islam. Ia ingin Indonesia tetap berazaskan Pancasila yang menjadi pemersatu,” ujar Haedar.
Menurut Haedar, pembentukan negara Indonesia selain menentukan cita-cita nasional, juga untuk menegaskan kepribadian bangsa sebagaimana tercermin dalam Pancasila.
Paham nasionalisme serta segala bentuk pemikiran dan usaha yang dikembangkan dalam membangun Indonesia, haruslah berada dalam kerangka negara-bangsa dan diproyeksikan secara dinamis untuk terwujudnya cita-cita nasional yang luhur itu.
“Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan perjanjian luhur dan konsensus nasional yang mengikat seluruh bangsa. Dalam hal ini juga, Muhammadiyah menjadikan Alquran sebagai pedoman perekat dan pemersatu bangsa, yakni sebagaimana Surat Al-Hujurat ayat 13,” ungkapnya.
Surat Al Hujurat ayat 13 memiliki arti, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Haedar mengatakan nasionalisme bukanlah doktrin mati sebatas slogan cinta tanah air, tetapi harus dimaknai dan difungsikan sebagai energi positif untuk membangun Indonesia secara dinamis dan transformasif.
“Cita-cita nasional dan falsafah bangsa yang ideal itu perlu ditransformasikan ke dalam seluruh sistem kehidupan nasional sehingga terwujud Indonesia sebagai bangsa dan negara yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat di hadapan bangsa-bangsa lain,” tegasnya.
Editor | : | |
Sumber | : | muhammadiyah.or.id |
- RESMI DILANTIK, DEWAN PENGAWAS DAN PENGURUS AKSI RELAWAN MANDIRI HIMPUNAN ALUMNI IPB MASA BAKTI 2024-2029
- BAZNAS Berikan Rekomendasi Izin Pembentukan Bagi LAZ Al-Kahfi Peduli
- Jangan Sampai Dideportasi, Ini Cara Bikin Visa Wisata ke Luar Negeri
- Obsatar Sinaga Pimpin ICMI Jabar Seusai Terpilih Dalam Muswil
- Peresmian Kampung Zakat Desa Bersinar Uwemalingku (beriman, bersinergi, dan berkarya)
- Anter Bantuan Hewan Ternak Pakai Perahu Eretan, Bukti Dukungan Pemberdayaan Ekonomi Pesantren
- Program Tebar Sarung dan Mukena: Menjawab Keperluan Jiwa para Korban Semeru
- Dana Muktamar IV Wahdah Islamiyah Sebagian Dialihkan untuk Korban Bencana
- Himpunan Alumni IPB Salurkan Bantuan Kemanusiaan Terdampak Erupsi Semeru
- Bentuk Apresiasi, IFI Gelar Indonesia Fundraising Award 2021
- Meriah, Sahabat Yatim Indonesia Rayakan Milad Laznas Ke-12 Tahun
- REI DPD Jabar dan Komisariat Bekasi Beri Santunan dan Sebar Wakaf 1000 Mushaf Al Quran
- HA-E IPB Serahkan Donasi untuk Masyarakat Terdampak Bencana di NTT dan NTB
- Human Initiative Miliki 4 Program Bukber
- Terima Donasi Kembali, BAZNAS Akan Salurkan Bagi Warga Terdampak Pandemi
0 Comments